Alasan Pemerintah Nigeria, Myanmar, dan Kazakhstan memindahkan ibu kotanya.

/World

Ada berbagai faktor yang membuat suatu negara memindahkan ibukota negaranya. Nigeria misalnya, memindahkan ibukotanya dari Lagos ke Abuja, dikarenakan lokasi Abuja yang lebih sentral, dan masyarakat disana yang beragam baik secara etnis dan agama. Kemudian ada Myanmar yang melakukan pemindahan ibukota tanpa alasan jelas.[1] Bahkan ada spekulasi yang meyakini bahwa pemindahan ibukota Myanmar dilandasi unsur kepercayaan pemimpin Myanmar terhadap hal-hal gaib.

Nah, namun ada satu pemindahan ibukota yang menurut saya memiliki alasan menarik. Pemindahan ini dilakukan oleh Kazakhstan, yang memindahkan ibukotanya dari Almaty ke Astana (sekarang bernama Nur-Sultan). Secara umum ada beberapa alasan pemindahan ibukota diantaranya:

  1. Kota Almaty tidak memiliki ruang lagi untuk dikembangkan.
  2. Rentan terkena bencana alam (gempa bumi).
  3. Terlalu dekat dengan perbatasan Tiongkok.

Peta Kazakhstan. Bisa kita lihat bahwa Almaty terletak sangat dekat tidak hanya dengan perbatasan Tiongkok, melainkan juga dengan Kirgistan.[2]

Namun, alasan pemindahan ini tidak sepenuhnya benar. Pemindahan ini bisa dikatakan merupakan langkah politis yang ditempuh oleh pemerintah Kazakhstan, agar bisa mengurangi kemungkinan terjadinya gerakan separatisme di wilayah yang dekat dengan Rusia. Mengapa demikian?

Singkatnya, ini berhubungan dengan Kazakhstan sebagai bagian dari Uni Soviet di masa lalu. Di masa lalu proyek agrikultur Soviet di tahun 1954 dan 1962, menyebabkan terjadinya migrasi penduduk beretnis Rusia ke kawasan Kazakhstan utara. Kazakhstan sendiri bahkan hingga kini menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan penduduk berbahasa Rusia terbesar.

Secara etnik, Kazakhstan hanya dihuni oleh 39% penduduk beretnis Kazakh, sementara ada 44% yang beretnis Rusia. Kazakhstan bahkan sampai mengaddakan program pemulangan warga beretnis Kazakh di luar negeri, untuk meningkatkan jumlah etnis Kazakh. Mereka takut bahwa apabila ada wilayah yang teralu banyak dihuni etnis Rusia, maka akan memudahkan intervensi Rusia untuk menguasai wilayah Kazakhstan.

Di sisi lain, Rusia adalah mitra dagang sangat penting bagi Kazakhstan. Kereta domestik Kazakhstan banyak yang harus melewati wilayah Rusia, mengingat dahulu mereka adalah satu negara. Minyak hasil produksi Kazakhstan juga harus melewati wilayah Rusia untuk disalurkan ke Eropa. Kazakhstan harus melawan ketakutan atas intervensi Rusia ini dengan cara yang halus, agar mitra mereka ini tidak marah.

Pemindahan ibukota yang diikuti dengan pemulangan etnis Kazakh di luar Kazakhstan terbukti cukup berhasil meningkatkan persentase enis Kazakh di kota besar seperti Almaty dan Nur-Sultan. Selain itu, lokasi Nur-Sultan yang dekat dengan perbatasan Rusia dan kawasan beretnik Rusia, akan memudahkan pemerintah untuk mengontrol dan meredam kemungkinan gerakan seperatisme terjadi.

Untuk lebih lengkapnya Anda dapat saksikan dalam tayangan di atas. Kebijakan perubahan alfabet ini bisa dibilang merupakan langkah lanjutan setelah pemindahan ibukota dilakukan.

Catatan Kaki[1] Capital change: A look at some countries that have moved their capitals – Nigeria: Lagos to Abuja