Tiap pemakai Linux mungkin punya alasan sendiri tentang mengapa ia menyukai Linux. Alasan saya juga mungkin subjektif, walaupun tidak unik dan kemungkinan akan dijumpai juga pada para pemakai Linux lainnya.
Saya mengenal Linux mulai sekitar tahun 1995. Distribusi yang menarik perhatian pertama seingat saya adalah Slackware dan Monkey Linux. Hal pertama yang membuat saya mulai tertarik adalah tantangan untuk membuat sistem operasi yang tampak rumit pada awalnya ini bisa jalan dalam komputer saya. Sukses instalasi pertama membawa kepuasan yang sulit digambarkan. Jadi mungkin alasan pertama buat saya adalah faktor tantangan untuk menyelesaikan masalah (yang tidak lazim untuk orang lain).
Segera setelah instalasi berjalan sukses, tibalah saya pada bagian utak-atik sistem. Saya menikmati masa ‘indah’ ketika mempelajari bagaimana komputer mulai dinyalakan, apa yang pertama dibaca oleh sistem, apa yang dimuat ke memori, file apa yang dieksekusi, rangkaian proses apa yang terjadi sesudahnya sampai komputer saya siap pakai dan menunggu perintah saya. Saya lalu bisa memilih versi kernel, memilah modul kernel yang mana yang sesuai dengan perangkat keras saya yang akan dimuat ketika komputer dinyalakan, proses proses yang dijalankan sesudah kernel dimuat semua bisa saya atur. Ketika sistem berjalan sukses dengan waktu booting yang sangat cepat, kembali ada kepuasan yang tak tergambarkan. Ini mungkin alasan lainnya mengapa saya suka Linux. Apa yang terjadi sejak komputer dinyalakan berada dalam kendali saya.
Antarmuka grafis pertama yang saya kenal, kalau tidak salah adalah KDE. Seingat saya, distribusi yang menarik perhatian saya (sekitar 1998) adalah Caldera OpenLinux. Sejak itu saya berpindah-pindah distro, dan yang terakhir memakai Fedora dan Manjaro. Hampir semua aspek tampilan grafis Linux bisa diatur. Contohnya bagaimana dekorasi jendela, di mana tombol “tutup” (umumnya ada tanda ‘X’) diletakkan apakah di kiri atau di kanan. Tombolnya juga tidak harus X, saya bisa menggantinya dengan yang lain jika saya suka, atau sama sekali disembunyikan dan hanya tampil jika mouse dilewatkan di atas lokasinya. Tampilan grafis sejak awal booting juga bisa saya atur, sehingga komputer saya benar benar unik. Ketika orang lain menyalakan komputer saya, ia akan disambut dengan tampilan yang tidak pernah ia lihat di komputer orang lain. Saya rasa, inilah alasan berikutnya yang membuat saya cinta Linux. Rasa memiliki. Komputer saya, milik saya, tidak sama dengan milik orang lain. Ini adalah “sistem saya”.
Tentu banyak alasan lain orang memakai Linux, seperti Open Source. Untuk saya, tiga alasan di atas adalah hal utama yang membuat saya tidak ingin pisah dari Linux.
Gambar: Kubus desktop bisa berotasi. Tampilan pemanis yang lazim dijumpai dalam sistem Linux. Ini adalah sistem Fedora dengan window manager Mate dan Compiz. Untuk Pemakai komputer yang tidak akrab dengan Linux, jumlah desktop Linux (dan sistem berbasis Unix lainnya seperti Mac dan BSD), bisa kita atur sesuka kita. Jika kita atur menjadi empat, maka dengan tambahan efek transisi desktop kita tampil sebagai kubus. Tiap tiap sisi kubus bisa kita tempatkan jendela yang berbeda-beda. Efek ini sangat keren dan tidak dijumpai dalam sistem operasi Windows.
Kalau sungguh mau melihat asal muasalnya, sebenarnya sungguh sangat sederhana, yaitu: Karena Linux menyediakan fungsionalitas sistem operasi yang paling mendekati UNIX, memungkinkan orang belajar dan menguasai UNIX dan memiliki sistem operasi seperti UNIX tanpa harus membayar lisensi demikian mahal untuk bisa menggunakannya.
Kenapa koq UNIX? karena saat itu UNIX merupakan sistem operasi yang umum digunakan oleh perusahaan perusahaan di level enterprise, industri tambang, telekomunikasi, perbankan, hampir bisa dipastikan semua menggunakan UNIX sebagai sistem operasi yang digunakan pada server server yang menjadi tulang punggung penunjang bisnis mereka.
Hal tersebut bukan tanpa sebab, sistem operasi UNIX benar benar dirancang secara modular, setiap modul hanya mengerjakan satu tujuan fungsional yang spesifik, dan sebuah layanan yang kompleks melibatkan kolaborasi dari berbagai modul. Contoh terjelas misalnya adalah layanan Mail system yang terdiri atas POP3, SMTP, IMAP, dan HTTP.
Karena sifatnya yang modular, otomatis lebih mudah untuk mencapai stabilitas, serta keamanan sistem karena masalah baik bug ataupun celah keamanan yang terdapat pada suatu modul otomatis akan terisolir hanya berdampak pada modul tersebut, dan tidak meluas sehingga menyebabkan seluruh sistem jatuh.
Bisa belajar menggunakan UNIX adalah anugerah yang tidak setiap orang memiliki kesempatan yang sama, apalagi hingga memilikinya sendiri di komputer pribadi nya. Linux lah yang berhasil membawa UNIX ke rumah rumah orang kebanyakan, bisa menguasai Linux adalah suatu kebanggaan karena artinya bisa pula menguasai UNIX sebagai sistem operasi level enterprise.