Kawasan Lembah Harau yang terletak di Limo Puluah Kota, Sumatera Barat, mempunyai karakteristik bukit-bukit batu yang mengapit hamparan tanah subur.
Karakternya mirip dengan Lembah Lauterbrunnen di Swiss.
Lembah Harau dan Lembah Lauterbrunnen dihiasi lusinan air terjun yang mengaliri dinding-dindingnya dengan jalan raya yang membelah dasar tebing.
Menyusuri jalan-jalan tersebut serasa berada di lorong-lorong labirin.
Baik Lembah Harau maupun Lembah Lauterbrunnen juga begitu memukau tatkala matahari baru saja terbit, dengan kabut tipis yang acapkali menutupi sebagian dari potongan atap-atap tebingnya.
Akan tetapi arah pembangunan keduanya begitu berbeda.
Lembah Lauterbrunnen diperlakukan selayaknya desa tradisional khas Swiss untuk destinasi peristirahatan dan petualangan. Maka Lembah Harau diperlakukan ibarat studio foto raksasa.
Seiring dengan meningkatnya popularitas dari Lembah Harau, daerah ini menyasar wisatawan-wisatawan domestik. Sayangnya, pemerintah setempat seperti bingung menentukan arah pembangunan wisata, begitu pula pihak swasta. Hingga ada yang berpikir membangun Menara Eiffel di situ adalah ide bagus.
Dan dilengkapi dengan kincir angin bak negeri Belanda.
Kemudian Kampung Korea.
Lengkap dengan tulisan I Love Seoul.
Meskipun sasaran pasarnya yaitu wisatawan domestik dan kaum Instagram. Akan tetapi penempatan taman semacam ini di tengah-tengah kawasan seperti Lembah Harau sepertinya salah lokasi.
Menimbang kekayaan maupun potensi alam yang dimiliki kawasan ini, seharusnya Lembah Harau menjadi kawasan cagar alam, bukan studio foto.
Bacaan :
Wirawan Winarto -CEO di Perusahaan Industri 4.0
Baca juga :
10 Tempat Wisata di Padang Panjang Terbaru & Paling Hits Dikunjungi