Berdasarkan Governance Studies at Brookings Report yang diterbitkan di tahun 2016, pada tahun 2020 dinyatakan generasi milenial akan mendominasi lebih dari sepertiga tenaga kerja dunia. Sedangkan di tahun 2025 mereka akan mendominasi hingga 75% dari angkatan kerja global. Di samping itu generasi penerus para milenial yaitu gen Z atau yang kerap disebut para Nexter, mulai memasuki dunia kerja. Menyikapi hal ini alangkah baiknya bagi Anda para profesional dan pemimpin di organisasi semakin mengenali karakteristik setiap generasi ini, sehingga dapat mengadaptasikan pendekatan seperti apa yang paling sesuai untuk setiap mereka.
Pengertian Generasi Milenial (Gen Y)
Secara umum, kamu yang termasuk generasi milenial adalah yang kira-kira lahir pada tahun 1981 – 1995. Pada era ini, komputer baru mulai booming, seiring dengan naik daunnya video games, gadget, smartphones, dan internet. Namun, saat itu semua yang serba komputer belum seperti sekarang ya, Quipperian. Masih baru banget, deh!
Dilansir dari www.tirto.id, disebut generasi milenial karena satu-satunya generasi yang sempat melewati milenium kedua semenjak teori generasi ini diutarakan pertama kali oleh sosiolog Karl Mannheim pada tahun 1923 melalui esainya yang berjudul “The Problem if Generation.”
Berdasarkan teori Mannheim, para sosiolog di Amerika Serikat akhirnya membagi manusia ke dalam beberapa generasi, yakni:
- Generasi Era Depresi
- Generasi Perang Dunia II
- Generasi Pasca-PD II
- Generasi Baby Boomer I
- Generasi Baby Boomer II
- Generasi X
- Generasi Y (milenial)
- Generasi Z
- Dan yang terbaru saat ini adalah Generasi Alpha.
Pembagian di atas diukur berdasarkan rentang tahun kelahiran. Meskipun masing-masing punya definisi rentang tahun umum yang berbeda, namun pada umumnya tidak terlalu jauh.
Di tahun 2019 ini, kamu yang termasuk generasi milenial pasti sedang menginjak usia sekitar 20-30 tahun. Pola pikir dan karakter generasi milenial bisa dikatakan sering out of the box, penuh kreativitas, inovatif, dan pastinya enggak pernah gaptek karena cepat banget beradaptasi dengan teknologi baru.
Selain itu, umumnya generasi milenial selalu pingin sesuatu yang ideal, Quipperian. Misalnya dalam masalah pekerjaan, generasi milenial pasti selalu mau dapat tempat kerja yang sesuai dengan passion-nya. Sebab, menurut kamu, bekerja sesuai passion itu merupakan salah satu life goals yang harus terpenuh
Mari kita lihat generasi berikut yaitu:
1. Generasi X.
Lahir pada pertengahan tahun 60, mulai dari 1965 hingga 1980, Gen X merupakan angkatan kerja yang mandiri dan bersedia beradaptasi di lingkungan kerjanya. Sifat mandiri mereka ini disebabkan kebanyakan gen X sejak kecil lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sendirian atau di tempat penitipan anak akibat percepatan era industri yang membuat orang tua gen X lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat kerja dan mulai berkembangnya para ibu yang menjadi wanita karier. Pola asuh tersebut juga membuat mereka lebih skeptis dan pesimis ketika menghadapi tantangan, namun membuat mereka lebih toleran, bersedia menerima berbagai perbedaan yang ada. Masa ketika mereka lahir saat itu teknologi informasi mulai masuk sehingga generasi ini dapat berpikir secara inovatif.
Dengan karakteristik mereka ini, gen X menyukai bekerja secara smart yaitu efisien dari segi cara dan waktu untuk mendapatkan hasil maksimal. Mereka juga menyukai struktur yang jelas, namun dengan suasana kerja yang tidak kaku atau informal dan membutuhkan informasi berkaitan dengan manajemen perusahaan. Hal ini dibutuhkannya karena gen X cenderung menginginkan kejelasan dalam jenjang karier mereka dan berprinsip mereka perlu dihargai berdasarkan produktivitas mereka, bukan sekedar jumlah jam kehadiran bekerja. Dalam dunia kerja boleh dibilang mereka memiliki beberapa prinsip yang cukup berbeda dari generasi pendahulunya, namun dengan kelebihan mereka yang adaptif, mereka tetap nyaman berhubungan dengan figur otoritas yang ada.
2. Generasi Y
Di era menyongsong millennium yaitu tahun 1981 hingga tahun 1996, gen Y dilahirkan. Generasi yang saat ini menjadi topik hangat yang tiada habisnya diperbincangkan ini dirasakan memiliki karakteristik yang berbeda dari para pendahulunya sehingga membuat para pemimpin organisasi yang didominasi gen X dan beberapa paraBaby Boomersmerasa cukup kewalahan.
Dibandingkan gen X, para milenial cenderung lebih optimis danhigh achievers, mereka memiliki keyakinan bahwa mereka berpotensi menjadi hebat. Dalam bekerja mereka menyukai kelompok atau tim kerja, namun di sisi lain mereka merupakan generasi yang dinilai individualis. Mereka bertumbuh di era informasi digital dimana merupakan generasi pertama yang menikmati mudahnya mendapatkan segala jenis informasi tanpa perlu bertanya pada orang lain. Mereka menyukai tantangan, mengejar sebuah makna yang lebih mendalam dalam bekerja seperti pekerjaan yang sesuai minat, hasrat, cita-cita ideal mereka, atau keselarasan pekerjaan dengan nilai pribadi mereka. Hal ini di satu sisi membuat mereka akan sangat tertantang ketika mendapatkan pekerjaan yang benar-benar sesuai, namun di sisi lain ini menjadi penyebab utama mengapa mereka mudah bosan bahkan kurang loyal dalam bekerja.
Karakterisitik ini membuat milenial memerlukan lingkungan yang menyediakan ruang gerak bagi mereka dalam menciptakan makna lebih bagi pekerjaan mereka serta umpan balik yang mendorong mereka untuk terus mengembangkan diri. Selain itu gen Y mendambakan sosok mentor atau partnerketimbang figur otoritas yang hanya bersifat satu arah.
3. Generasi Z
Generasi yang lahir ketika teknologi sedang berkembang begitu pesat, yaitu di tahun 1997 hingga 2015. Mereka saat ini berusia maksimal 21 tahun dan mayoritas dari mereka boleh dibilang masih dalam usia remaja, walau beberapa diantaranya telah memasuki dunia kerja sebagai penerus dari para milenial.
Karakteristik mereka yang paling menonjol adalah menginginkan segala sesuatu serba instan. Mereka kurang menyukai berhadapan dengan proses panjang untuk mencermati masalah. Selain itu mereka punya ambisi yang cukup kuat untuk sukses. Sangat cepat dalam menguasai teknologi karena baginya teknologi bukanlah seperangkat alat atauplatformmelainkan telah menjadi gaya hidup yang menyatu dengannya.
Dengan karakteristik mereka ini, para gen Z membutuhkan lingkungan yang banyak memberi mereka kebebasan untuk berkreasi dan kesempatan untuk menyalurkan ambisi mereka yang cukup besar. Siap atau tidak, dewasa ini organisasi perlu mengembangkan pendekatan yang boleh dibilang sama sekali berbeda untuk dapat menghadapi generasi penerus para milenial ini.
Perbedaan Gen X, Y, dan Z
Nah, biar lebih mudah mencernanya, kita simak saja yuk perbedaan generasi X, Y, dan Z dalam bentuk tabel di bawah ini.
Generasi X | Generasi Y (Milenial) | Generasi Z | |
Tahun kelahiran | 1961-1980 | 1981-1995 | 1996-2010 |
Karakteristik | Mandiri, lahir dan dibesarkan oleh orang tua baby boomers yang workaholic, efisien, career-minded, berpegang teguh pada prinsip. | Optimistik, idealis, individualis, tumbuh besar saat era digital mulai berkembang, mencari pekerjaan yang sesuai passion, mudah bosan. | Lahir saat teknologi sedang berkembang pesat, menginginkan segala sesuatu yang serba instan, kurang ambisi untuk bisa sukses, sangat cepat beradaptasi dengan teknologi. |
Lingkungan kerja yang disukai | Jenjang karier yang jelas, suasana kantor yang efisien dan fleksibel, informasi yang jelas mengenai manajemen perusahaan | Fleksibel, suasana kantor yang kekeluargaan, selalu ada tantangan baru, bekerja sama baik dengan rekan-rekan sekantor. | Saat ini generasi Z umumnya belum bekerja karena masih berusia remaja. |
Kehidupan sosial media | Sosmed yang digunakan umumnya Facebook dan Twitter. Sosmed digunakan untuk berhubungan dengan kawan lama, sharing sesuatu karena memang berguna atau ingin memberikan informasi bagi yang lain. | Sosmed yang digunakan umumnya Facebook, Twitter, dan Instagram. Sharing karena kebutuhan sosial, menggunakan sosmed untuk menunjukkan eksistensi diri. | Sosmed yang digunakan umumnya Instagram. Generasi ini punya kredibilitas tersendiri untuk membangun citra diri melalui apa yang dibagikan di sosmednya. |
Pola pikir | Masih menghormati birokrasi dan mau mengikuti aturan. | Cenderung idealis, jika ada aturan yang tidak sesuai maka tak ragu ditinggalkan. | Cenderung serba instan, malas “ribet” dengan aturan. |
4. Alpha (>2010)
Sekitar 2,5 juta generasi alpha lahir di setiap minggu. Fakta ini membuat prediksi jumlahnya akan sangat membengkak dengan jumlah sekitar 2 miliar pada 2025.
Seperti dua generasi sebelumnya, mereka yang lahir setelah tahun 2010 sudah familiar dengan teknologi bahkan sejak usia yang sangat belia. Generasi alpha lebih tertarik bermain gadget dibandingkan permainan tradisional anak di era sebelumnya.
Watak mereka dalam bekerja dan bagaimana kecenderungannya menghabiskan uang, sementara belum dapat diprediksi. Mengingat untuk saat ini, umur paling tua dari generasi alpha adalah tujuh tahun
Source :
nextleader.id
quipper.com
Baca juga :