Film Yang Menguras Emosi

/Article /News /World
  1. Nobody Knows (Dare no Shiranai)

Film Jepang yang rilis tahun 2004, film lama yang baru di tonton tahun 2018. Film ini adalah karya sutradara legendaris Jepang Hirokazu Koreeda (karya lain : Shoplifters)

Sesuai dengan poster, film ini berpusat tengang 4 orang anak kecil dengan rentang usia paling tua 12 tahun dan paling muda 4 tahun. Anak anak yang lucu dan suka bermain. Mereka tinggal bersama sang ibu yang berpindah pindah. Empat orang anak ini berbeda ayah, dan hanya satu anak yang terdaftar legal yaitu anak pertama (laki laki) bernama Akira. Tiga orang anak lainnya dilarang keluar rumah agar tidak ketahuan oleh sang tetangga dan orang lain. Mereka tinggal di apartemen sempit yang harusnya hanya ditinggali 2 orang saja. Ibunya sangat sibuk bekerja dan jarang dirumah. Akira sang anak pertama tidak sekolah, dia bertugas menjaga adik adiknya dirumah, mengurus kebutuhan rumah tangga seperti berbelanja dan memasak. Keempat anak itu saling menyayangi dan memiliki kebahagiaan dalam hal hal kecil. Film ini minim dialog dan memaksa kita ikut masuk kedalam film, merasakan tiap emosi anak anak tersebut melalui adegan adegan sederhana namun indah. Masalah muncul ketika ibu mereka tidak pulang dalam waktu yang lama dan hanya meninggalkan sejumlah uang. Akira bertugas mengurus segala hal, berusaha menjaga adik adiknya. Dia berusaha menjalani hidup senormal mungkin, memasak dan membeli keperluan lainnya. Uang semakin menipis dan Akira mulai muak. Apa yang ibunya harapkan dari anak 12 tahun? Dia mulai senang bermain diluar bersama teman teman sebaya. Rumah menjadi tidak terurus dan sangat kotor. Mereka mulai makan dari makanan sisa yang diberi oleh supermarket terdekat. Baju mereka bau, karena hanya dicuci dengan air. Kemudian listrik dimatikan PLN. Akira berusaha melindungi ketiga adiknya sebisa dan semampunya sampai batas kemampuan yang mungkin dimiliki anak usia 12 tahun.

Hal yang membuat saya lebih traumatis tentang film ini adalah, ini didasakan pada kisah nyata kasus penelantaran anak di Sugamo Tokyo pada 1988. Kepolisian menemukan 3 anak terlantar di suatu rumah dengan keadaan lemas dan kelaparan. Satu anak tidak ditemukan dan menghilang dia adalah anak paling kecil yang berusia 4 tahun. Ibu mereka meninggalkan mereka selama nyaris satu tahun. Kasus ini sangat kontroversial, membuat pemerintah menetapkan seluruh warga Sugamo Tokyo sebagai tersangka, karena telah mengabaikan 4 anak dibawah umur tanpa perlindungan. Sifat warga Tokyo yang tidak peduli pada sekitar menjadikan bocah bocah tidak berdosa menjadi korban kejamnya hidup.

Sang sutradara film mengemas cerita sangat epic. Tidak ada penjelasan seberapa lama mereka ditinggalkan sang ibu. Namun kalian bisa menentukan sendiri dari banyaknya pot mi instan yang berjejer di jendela, panjangnya kwitansi pengeluaran rumah tangga yang dicatat setiap hari oleh Akira, rambut anak laki laki yang memanjang seperti perempuan, cat kuku yang mengelupas dari kuku anak perempuan, krayon menggambar yang menjadi pendek, baju yang bolong dan lusuh, dan mereka yang terpaksa menggunakan sepatu yang kekecilan. Adegan sekecil itu membuat saya menangis dan sakit hati. Jika kalian membayangkan sang ibu sebagai ibu yang jahat seperti nenek sihir kalian salah. Sang ibu terlihat sangat menyayangi mereka ber4, dia bercanda dan bermain dengan mereka sepeti ibu pada umumnya, dia berbicara dengan suara lucu seperti anak kecil.

Film ini memperngaruhi psikologis, membuat berfikir betapa kejamnya dunia dan betapa tidak adilnya kehidupan ,kemudian sadar betapa setiap orang berjuang dengan masalah yang mungkin tidak diketahui orang lain.

Lalu siapa tokoh antagonis di film ini? Apakah ibu yang meninggalkan mereka demi menjalani hidup yang lebih baik karena muak menjadi tulang punggung dengan 4 anak? Apakah Akira yang tidak cukup baik mengurus 3 adiknya yang masih sangat kecil? Apakah Akira yang memutuskan tidak meminta bantuan orang dewasa dan memilih menyembunyikan masalahnya? Apakah keadaan dan orang orang yang begitu tidak peduli dan egois terhadap hidupnya? Saya tidak tau.

2. Pihu

Film produksi Bollywood ini juga didasarkan pada kisah nyata. Beberpa orang mungkin akan menganggap film ini membosankan dan anti klimaks. Tapi bagi saya, film ini menyadarkan betapa didunia ini ada orang tua yang tidak pantas menjadi orang tua.

Pihu adalah nama anak kecil berusia 3/4 tahun. Suatu pagi dia terbangun disisi ibunya yang telah mati bunuh diri namun pihu tidak menyadarinya. Rumah yang merupakan tempat paling aman bagi seorang anak, beubah menjadi wahana paling mematikan. Pihu terjebak di apartemen dengan setrika yang masih menyala, pintu balkon yang terbuka, pil obat yang berceceran, dan listrik yang konslet. Kejadian kejadian kecil seperti menyalakan keran air atau membuka kulkas bisa menjadi kejadian sangat mengerikan jika dilakukan anak usia 4 tahun. Sepanjang film saya nyaris mengumpat dan berteriak terus terusan akibat kecelakaan yang mampu dilakukan oleh anak sekecil Pihu. Saya membayangkan banyak kejadian mengerikan saat dan sesudah menonton film ini.

3. Capharnaum

Film ini berasal dari negara yang memiliki sengketa perang, Lebanon. Latar tempatnya adalah tempat tinggal kumuh yang dipenuhi anak anak yang tidak terurus dengan baik. Zain merupakan anak laki laki dua belas tahun yang hidup dengan kakak dan adik yang sangat banyak. Saya tidak sempat menghitung yang jelas lebih dari 10 anak dari orang tuanya. Zain terjebak dalam bayang bayang mengerikan dunia orang dewasa, dia tidak bermain dan tidak bisa sekolah, hidupnya penuh bayang bayang kemungkinan dipenjara seperti sang abang atau dideportasi karena orang tuanya adalah imigran gelap yang sangat miskin dengan banyak anak.

Film dibuka dengan adegan pengadilan. Zain dibawa ke ruang sidang dengan borgol. Anak dua belas tahun yang diborgol diruang sidang. Dalam sebuah percakapan kita tahu bahwa itu bukanlah persidangan pertama yang dihadiri Zain. Namun kali ini daripada menjadi tersangka Zain merupakan penuntut.

Dia menuntut kedua orang tuanya

Sang hakim bertanya “Mengapa kamu menuntut orang tua mu?”

Dan Zain dengan wajah marah penuh kebencian berkata, “Karena mereka melahirkanku ke dunia.”

Adegan berubah mundur pada saat Zain dipaksa bekerja berjualan minuman dan adegan sang adik ia dapati menstruasi untuk pertama kalinya. Zain mempertegas kepada adiknya untuk menyembunyikan fakta bahwa di telah haid, pada saat itu saya belum mengerti apa alasannya. Kemudian ketika orang tuanya tahu fakta tersebut, orang tuanya memaksa sang adik yang baru berusia 10 atau 11 tahun itu menikah. MENIKAH DENGAN LAKI LAKI DEWASA 25 TAHUN! GILA!

Zain yang marah karena sang adik dirampas, akhirnya memilih pergi dan kabur entah kemana. Kemudian dia bertemu imigran gelap dan anaknya, Yosef. Dalam ketidakberuntungan itu ibu dari Yosef tertangkap hingga memaksa Zain mengasuh Yosef yang masih bayi. Sepanjang film kita dipaksa melihat ketidakberuntungan anak anak ditengah kemiskinan. Adegan adegan kecil dan sederhana sarat akan perjuangan hidup lewat mata Zain akan terlihat sangat menyesakan. Perbedaan kasta kehidupan anak anak ini akan membuat kita sadar betapa dunia adalah tempat yang sangat kejam. Klimaks dari film ini adalah Zain yang pulang kerumah untuk meminta surat (akta lahir, kk, dll) untuk pindah negara. Namun dia malah disuguhi fakta bahwa dia bahkan tidak terdaftar legal di negara itu. Lebih mengerikan lagi, Zain mengetahui sang adik yang dinikahkan paksa baru saja meninggal karena komplikasi mengandung anak diusia 10 tahun.

Kemarahan Zain atas hidup yang begitu kejam atas dirinya dan adiknya tercermin dari matanya yang nyalang. Dengan amarah yang membuncah dia mengambil sebilah pisau dapur, berlari menuju rumah suami dari adiknya. Apa yang dunia telah lakukan kepada Zain hingga memutuskan membunuh “anjing” yang menikahi adiknya demi nafsu adalah sebuah kekejaman yang tidak akan bisa dibayangkan oleh kita yang hidup dengan baik baik saja.

Silahkan tonton 3 judul film yang painfully beautiful tersebut. Anda akan sadar betapa dunia bukan tempat yang indah bagi sebagian manusia. Review ini merupakan pandangan dan opini pribadi, jika anda memiliki pandangan yang berbeda tentu saja tidak ada larangan. Happy watching!!!

Zain yang akhirnya tersenyum tulus untuk pertama kalinya seumur hidup dia, senyum yang akhirnya dia ciptakan diakhir film yang begitu mengharukan.