Blokade Negara Barat Terhadap Produk Minyak Sawit Indonesia

/Article /News /World

Hampir setiap hari Kita sering menggunakan produk-produk yang mengandung minyak dari kelapa sawit. Saat Mandi misalnya, jika Kamu mandi menggunakan sabun dan odol, itu adalah salah satu produk yang juga mengandung minyak kelapa sawit. Tidak hanya itu, ternyata produk-produk kecantikan, makanan, bahkan bakar juga terkadang memiliki kandungan minyak kelapa sawit.

Menurut laporan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Indonesia adalah salah satu konsumen utama minyak kelapa sawit di dunia, bersama India, China, dan Eropa.

 

Namun, selain merupakan salah satu konsumen utama minyak kelapa sawit, Indonesia juga merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

Total produksi sawit Indonesia yang kini mencapai 34 juta ton/tahun yang sebagian besar diekspor dalam bentuk CPO (Crued Palm Oil) atau minyak mentah dan ratusan produk turunan lainnya.

Bahkan, total devisa yang diperoleh Indonesia tidak kurang dari ekspor produksi kelapa sawit tersebut bahkan mencapai Rp 284 triliun rupiah pada tahun 2018.

Menurut laporan World Atlas, Indonesia menempati posisi satu produsen minyak kelapa sawit dunia dengan produksi kelapa sawit sebanyak 36.000.000 metrik ton pada tahun 2016.

Sekitar 25,1 juta tonnya diekspor ke luar negeri. Bahkan, proyek kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan akan mencakup sekitar 12 juta hektar.

Dikutip dari : CNBC Indonesia

Indonesia dan Malaysia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia, bahkan menyumbang 90% produksi dunia. Tentu saja hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti iklim dan cuaca yang anda di Indonesia dan tentu saja negara tetangga Kita Malaysia.


Setelah membaca sedikit gambaran tentang produksi minyak kelapa sawit Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya, Mari Kita lebih dekat ke pembahasan inti. Sebenarnya, Amerika Serikat dan beberapa negara eropa sudah lama tidak menyukai produk olahan kelapa sawit.  Bahkan, sering kali ketika Indonesia hendak mengekspor crude palm oil (CPO) atau produk  turunan sawit ke Eropa, pasti dihambat.  Mereka beralasan bahwa berbagai isu kerusakan lingkungan, gangguan kesehatan, polusi, pemanasan global, deforestasi, dan lain sebagainya disebutkan banyak ditimbulkan oleh perkebunan sawit. Hal itu kemudian berimbas pada jatuhnya harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO). Yang menjadi aneh adalah, sikap kritis yang mereka berikan seperti hanya dituduhkan terhadap industri sawit nasional Kita.  Namun, Eropa dan Amerika Serikat justru membela industri minyak gandum, bunga matahari, kedelai, dan minyak nabati lainnya yang diusahakan oleh kalangan industri mereka. 

 

Memang, pada dasarnya negara-negara barat hanya bisa menanam bunga matahari, gandum, kedelai, dan rappa yang nilai keekonomisan produknya jelas masih kalah dengan kelapa sawit. Sedangkan, kelapa sawit tidak dapat tumbuh di daerah sub tropis.

 

Kelapa sawit memang memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan dasar lainnya seperti,

  1. Minyak kelapa sawit lebih murah dan dapat tersedia sepanjang tahun, berbeda dengan minyak nabati yang diperoleh dari bahan dasar lainnya.
  2. Minyak kelapa sawit tidak mengandung Adam lemak trans. Berbeda dengan kedelai, rappesed, dan sunflower yang mengandung Adam lemak trans dan diasumsikan dapat meningkatkan potensi terkena penyakit jantung/pembuluh darah.
  3. Minyak sawit mengandung banyak beta karoten yang bermanfaat sebagai anti kanker, kolestrol, bahkan anti penuaan dan yang terakhir adalah,
  4. Minyak kelapa sawit menciptakan 117 ribu lapangan kerja dan pendapatan sebesar 5.8 euro setiap tahun bagi masyarakat eropa.

Dari berbagai argument diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, beberapa negara Eropa tidak menyukai berbagai produk olahan kelapa sawit dikarenakan mereka takut kelapa sawit akan berdampak buruk bagi mereka, entah dari segi ekonomi maupun lingkungan.

Dari segi ekonomi sendiri, negara-negara Eropa sepertinya takut apabila kelapa sawit akan mendominasi pasar global. Dimana Kita tahu bahwa kelapa sawit memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan minyak nabati lainnya.

Dari segi lingkungan, para negara Eropa takut apabila olahan kelapa sawit akan menimbulkan dampak buruk pada lingkungan mereka, seperti polusi, gangguan kesehatan, deforestasi, dsb.

Akan tetapi, Indonesia juga tidak mau kalah dengan ditolaknya kelapa sawit di negara-negara barat.

Bahkan, belakangan ini Indonesia mulai ‘unjuk gigi’ dengan pengembangan olahan-olahan kelapa sawit dalam negri. Seperti yang Kita tahu yaitu biodiesel dari olahan kelapa sawit yang sedang dalam tahap pengembangan oleh pemerintah Indonesia.

 

Catatan kaki

Pemerintahnya Tolak CPO, Tapi Lembaga Keuangan Eropa dan Amerika Suka Invetasi di Industri Sawit Indonesia | Pemerintahan Daerah

Balada Rindu Tapi Benci Eropa kepada Sawit Indonesia

Kenapa Eropa dan Amerika Benci Sawit Kita

Luncurkan B30, Jokowi Cuek Sawit Indonesia Ditolak Uni Eropa

“Benci Tapi Rindu” : Uni Eropa Dan Sawit Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)