Rabab merupakan suatu kesenian berbentuk dendang yang diiringi dengan suara alat musik yang disebut biola. Rabab Pesisir merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat Pesisir Selatan. Arus globalisasi membawa pengaruh terhadap budaya, tradisi serta kesenian global, namun Rabab Pesisir tetap tidak terlupakan di kehidupan masyarakat, hal ini terlihat dari pertunjukannya masih diminati dan dinantinanti oleh masyarakat Pesisir Selatan. Terhitung baik dari Tarusan, Painan, Batang Kapas, Surantih, Kambang hingga Lunang-Silaut, pertunjukan Rabab masih terus dipertontonkan dengan istilah masyarakat yaitu Barabab.
Daerah Pesisir Selatan memiliki beberapa “Tukang Rabab”. Mereka berdomisili tersebar merata hampir di setiap Kecamatan. Berdasarkan data yang diperoleh, beberapa Tukang Rabab masih bekerja dari panggung ke panggung seperti Pirin Ketek, Sibar, Pirin Jambak, Pirin Bana, Simas, dan Ujang Ketek. Namun sudah ada yang memasuki dapur rekaman seperti Syamsudin, Siril Asmara, Hasan Basri, Herman, Nurana, Erni Kampai dan Pirin Asmara.
Diantara tokoh Rabab tersebut Pirin Asmara bisa dikatakan lebih menonjol jika dibandingkan dari tokoh Rabab yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari karya-karya Pirin Asmara, seperti Kaba Sutan Palembang yang beredar pada tahun 1980-an. Pirin Asmara selain merupakan guru Rabab, Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir menjadikannya sebagai duta karena permainannya tidak hanya di Sumatera Barat dan Rantau tapi juga sudah sampai ke luar negeri.
Karya Pirin Asmara selain Kaba Sutan Palembang, yaitu Kaba Sabai Nan Aluih, Kaba Paruntuangan, Pajalanan dan Pacaraian, Kaba Merantau ke Malaysia, Kaba Abidin dan Bainar, Kaba Puti Gondoriah, Kaba Busama, Sikambang Mudiak Surantiah, Sikumbang Data, Sikumbang Lagan Aia Aji, Sikumbang Aia Tajun, Tabang Sabalah/Jarek Lokan, Lagu Biasa, Ratok Sikambang Raun Sabalik dan Kaba Gadih Basanai yang beredar pada tahun 1992. Karya Pirin Asmara yang terakhir beberapa tahun sebelum meninggal dunia yaitu Kaba Sabai Nan Aluih pada tahun 1998
Selain karya beliau yang dituangkan dalam bentuk kaset, Pirin Asmara juga pernah mendapat penghargaan juara I pada Festival Rabab Bernafaskan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila) Tingkat Kabupaten Pesisir Selatan oleh Bp-7 (Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) Sumatera Barat pada tahun 1990. Keahlian yang dimiliki Pirin Asmara dalam memainkan Rabab Pesisir menjadikan Pirin Asmara sebagai ketua HIRPES (Himpunan Rabab Pesisir Selatan) pada tahun 1990.
Pirin Asmara merupakan seorang tokoh seni Rabab yang berasal dari Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Pirin Asmara adalah salah satu Tukang Rabab Pesisir yang terkenal sejak tahun 1980-an yang memiliki tekad untuk mengembangkan kesenian tradisional Rabab Pesisir. Berbagai usaha telah dilakukan oleh Pirin Asmara salah satunya dengan membentuk HIRPES (Himpunan Rabab Pesisir Selatan) yang diketuai sendiri oleh Pirin Asmara.Pirin Asmara memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan seniman Rabab lainnya, karena pirin Asmara memiki keunikan tersendiri dibidang suara dan penampilan dalam bermain Rabab.Sehingga Pirin Asmara dikenal dengan sebutan Raja Rabab Pesisir. Dengan semangat dan kreatifitas yang tinggi membuat Pirin Asmara dikenal oleh masyarakat sebagai Maestro Rabab Pesisir.
Pada Peringatan Hari Jadi Provinsi Sumatera Barat ke-75 untuk yang ke-2 kalinya pada tahun 2020 apresiasi maestro seni budaya Minangkabau, Anugerah kebudayaan Tahun 2020 diberikan Pemprov Sumbar kepada tokoh Rabab Pesisisr Selatan Pirin Asmara.
Untuk mengenang beliau, berikut salah satu karya legendaris beliau Kaba Gadih Basanai :
Gadih Basanai Part 1
Gadih Basanai part 2
Baca juga :
Sumber :
Youtube, infopublik.id, jim.stkip-pgri-sumbar.ac.id