Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

/Education

 

Oleh : Dipa Adi Martius

CGP Angkatan 6 Tahun 2022

 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan: Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.

Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam cara atau pilihan dalam pembelajaran.

Diferensiasi berarti menyesuaikan instruksi untuk memenuhi kebutuhan individu. Apakah guru membedakan konten, proses, produk, atau lingkungan belajar, penggunaan penilaian yang berkelanjutan dan pengelompokan yang fleksibel menjadikan ini pendekatan pengajaran yang berhasil.

Pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki ciri-ciri atau karakteristik tersendiri, yakni:

  • Lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.
  • Terdapat penilaian berkelanjutan. …
  • Guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid

Dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi tentunya akan terpenuhi harapan dan kebutuhan. Pembelajaran akan menjadi bermakna karena murid terlibat langsung dalam proses pembelajaran. kegiatan pembelajaran akan terbangun suasana yang proaktif, sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.

Seorang guru secara spesifik wajib melakukan identifikasi kebutuhan belajar siswa sebelum melaksanakan kontrak pembelajaran, dengan tujuan agar dapat diketahui harapan dan keinginan siswa terhadap materi/bahan ajar yang akan diajarkan, metode yang akan digunakan serta penilaian yang akan dilakukan.

Diferensiasi berarti menyesuaikan instruksi untuk memenuhi kebutuhan individu. Apakah guru membedakan konten, proses, produk, atau lingkungan belajar, penggunaan penilaian yang berkelanjutan dan pengelompokan yang fleksibel menjadikan ini pendekatan pengajaran yang berhasil.

Tujuan Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Bagaimana memvariasikan tingkat konten yang Anda sajikan
  • Bagaimana menyediakan berbagai lingkungan belajar
  • Berbagai cara siswa dapat menunjukkan apa yang telah mereka pelajari

Agar bisa melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru. Beberapa hal tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

1.Melakukan pemetaan kebutuhan belajar setiap siswanya yang berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar siswa (hal ini bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survei menggunakan angket, dan lain sebagainya).

  1. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan yang sudah dilakukan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar)
  2. Melakukan evaluasi dan refleksi atas pembelajaran yang telah berlangsung.

Pada tingkat paling dasar, diferensiasi terdiri dari upaya guru untuk menanggapi perbedaan di antara peserta didik di kelas. Setiap kali seorang guru menjangkau individu atau kelompok kecil untuk memvariasikan pengajarannya untuk menciptakan pengalaman belajar terbaik, guru itu membedakan instruksi.

Guru dapat membedakan setidaknya empat elemen kelas berdasarkan kesiapan, minat, atau profil pembelajaran siswa:

  • Konten– apa yang perlu dipelajari siswa atau bagaimana siswa akan mendapatkan akses ke informasi;
  • Proses– kegiatan di mana siswa terlibat untuk memahami atau menguasai konten;
  • Produk– proyek puncak yang meminta siswa untuk berlatih, menerapkan, dan memperluas apa yang telah dia pelajari dalam sebuah unit; dan
  • Lingkungan belajar– cara kerja dan perasaan ruang kelas.

 

Mengidentifikasi atau Memetakan Kebutuhan Belajar Murid

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek..  Ketiga aspek tersebut adalah:

  • Kesiapan belajar (readiness) murid

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh perspektif  yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47).

Contoh kesiapan belajar

 

  • Minat murid

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.

Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:

membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;

mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;

menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;

meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur,  menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual.  Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur.

Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.

Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:

Menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb), menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid, mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,

menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).

  • Profil belajar murid

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita kita sendiri.  Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur,  dsb.

Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.

Pengaruh Budaya: santai – terstruktur, pendiam – ekspresif, personal – impersonal.

Preferensi gaya belajar.

Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru.  Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:

  1. Visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer );
  2. Auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat  saat berdiskusi, mendengarkan musik);
  3. kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.

Preferensi berdasarkan kecerdasan  majemuk (multiple  intelligences): visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

  • Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur,  dsb.
    Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
  • Pengaruh Budaya: santai – terstruktur, pendiam – ekspresif, personal – impersonal.
  • Preferensi gaya belajar.
    Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru.  Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
  • visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer);
  • auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat  saat berdiskusi, mendengarkan musik);
  • kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
    Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.

Konten /Kandungan

Contoh membedakan konten di tingkat dasar meliputi yang berikut:

  1. Menggunakan bahan bacaan pada berbagai tingkat keterbacaan;
  2. Menempatkan bahan teks pada kaset;
  3. Menggunakan daftar ejaan atau kosakata pada tingkat kesiapan siswa;
  4. Menyajikan ide melalui sarana pendengaran dan visual;
  5. Menggunakan teman membaca; dan
  6. Bertemu dengan kelompok kecil untuk mengajarkan kembali ide atau keterampilan untuk pelajar yang berjuang, atau untuk memperluas pemikiran atau keterampilan pelajar tingkat lanjut.

Proses

Contoh pembedaan proses atau kegiatan di tingkat dasar meliputi:

  1. Menggunakan kegiatan berjenjang di mana semua peserta didik bekerja dengan pemahaman dan keterampilan penting yang sama, tetapi melanjutkan dengan tingkat dukungan, tantangan, atau kompleksitas yang berbeda;
  2. Menyediakan pusat minat yang mendorong siswa untuk mengeksplorasi subset dari topik kelas yang menarik bagi mereka;
  3. Mengembangkan agenda pribadi (daftar tugas yang ditulis oleh guru dan berisi pekerjaan yang sama untuk seluruh kelas dan pekerjaan yang memenuhi kebutuhan individu peserta didik) yang harus diselesaikan baik selama waktu agenda tertentu atau saat siswa menyelesaikan pekerjaan lain lebih awal;
  4. Menawarkan manipulatif atau dukungan langsung lainnya bagi siswa yang membutuhkannya; dan
  5. Memvariasikan lama waktu siswa dapat menyelesaikan tugas untuk memberikan dukungan tambahan bagi pelajar yang berjuang atau untuk mendorong pelajar yang maju untuk mengejar topik secara lebih mendalam.

 

Produk

Contoh-contoh produk yang membedakan pada tingkat dasar meliputi yang berikut:

  1. Memberi siswa pilihan tentang bagaimana mengekspresikan pembelajaran yang diperlukan (misalnya, membuat pertunjukan boneka, menulis surat, atau mengembangkan mural dengan label);
  2. Menggunakan rubrik yang mencocokkan dan memperluas tingkat keterampilan siswa yang bervariasi;
  3. Mengizinkan siswa untuk bekerja sendiri atau dalam kelompok kecil pada produk mereka; dan
  4. Mendorong siswa untuk membuat tugas produk mereka sendiri selama tugas tersebut mengandung elemen yang diwajibkan.

 

Lingkungan belajar

Contoh pembedaan lingkungan belajar di tingkat dasar meliputi:

  1. Memastikan ada tempat di dalam ruangan untuk bekerja dengan tenang dan tanpa gangguan, serta tempat yang mengundang kolaborasi siswa;
  2. Menyediakan bahan yang mencerminkan berbagai budaya dan pengaturan rumah;
  3. Menetapkan pedoman yang jelas untuk pekerjaan independen yang sesuai dengan kebutuhan individu;
  4. Mengembangkan rutinitas yang memungkinkan siswa mendapatkan bantuan ketika guru sibuk dengan siswa lain dan tidak dapat segera membantu mereka; dan
  5. Membantu siswa memahami bahwa beberapa peserta didik perlu bergerak untuk belajar, sementara yang lain lebih baik duduk dengan tenang (Tomlinson, 1995, 1999; Winebrenner, 1992, 1996).

Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki prinsip-prinsip yang digunakan sebagai rule atau aturan, antara lain:

1. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar meliputi suasana di kelas, tata letak meja dan kursi, hingga kondisi emosional siswa dan guru yang berpotensi mempengaruhi proses pembelajaran.

2. Kurikulum yang Berkualitas

Kurikulum yang baik setidaknya mempunyai 3 hal mendasar, yaitu memiliki tujuan jelas terkait apa yang harus diketahui, dipahami, dan dilakukan siswa; mempu memberikan pemahaman kepada siswa terkait manfaat dari materi yang dipelajari; serta melibatkan siswa dalam proses belajar.

3. Penilaian untuk Menunjukkan Hasil Belajar

Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa saat memulai pelajaran, dan sejauh mana pemahaman baru setelah mengikuti proses pembelajaran. Dengan ini, penilaian dijadikan sebagai petunjuk untuk merencanakan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi.

4. Instruksi yang Menjawab Kebutuhan Siswa

Prinsip ini menjadi inti dari pembelajaran berdiferensiasi, mengingat bahwa tujuan dari pembelajaran ini adalah memastikan setiap siswa memiliki pengalaman belajar yang terbaik untuk memaksimalkan pertumbuhan pengetahuannya.

 

Referensi :

imrantululi.net

blog.kejarcita.id

Baca JUga :

Demonstrasi Konstektual Modul 1.4. Melaksanakan Praktik Segitiga Restitusi

Koneksi Antar Materi – Modul 1.4. Guru Penggerak Angkatan 6