Enam puluh tahun yang lalu. Bangsa ini pernah berkubang lumpur di barisan bangsa termiskin di dunia. Berada pada jajaran bangsa-bangsa yang barangkali tiada pernah terpikirkan oleh generasi kita saat ini.
Ketika bangsa ini merdeka pada tahun 1945 sebanyak 97% penduduknya buta huruf jangankan mengenyam pendidikan, baca-tulis saja tidak. Sekarang pada tahun 2020, terdapat hanya sekitar 2% warga dewasa yang belum sanggup baca-tulis.
Ketika bangsa ini menjalani kehidupan sebelum tahun 1960-an (Orde Lama-Sukarno), disibukkan dengan Agresi Belanda, Persolaan Pengakuan Kemerdekaan, Perang Saudara/Pemberontakan di Daerah, urusan kelaparan, gizi buruk, polio, buta huruf, dan pembunuhan/konflik senegara.
Enam puluh tahun yang lalu, kita adalah salah satu negara di Asia yang miskin (ter).
Sekarang bangsa Indonesia disibukkan oleh perkara investasi, infrastruktur jalan tol, kereta peluru, MRT, Google melirik Indonesia, pemerataan ekonomi, ekspor lobster, hutan, kualitas pendidikan, mobil listrik, korupsi anggaran, kedaulatan data, alutsista, demo buruh, demokrasi, dan debat agama.
Masalah semakin kompleks, tapi coba perhatikan, levelnya sudah berbeda.Suka tidak suka, begitu jauh bangsa ini sudah berubah dalam enam puluh tahun. Enam puluh tahun lewat, kita tidak pernah lagi menemukan Indonesia di papan dasar klasemen kemakmuran negara-negara Asia, apalagi dunia. Tidak ada lagi nama Indonesia di dalam daftar ini.
Demikianlah, Indonesia adalah sebuah kisah sukses yang jarang diapresiasi. Bahkan mungkin oleh rakyatnya sendiri. Dari urutan terbawah, menjadi negara urutan ke-28 dari 50 negara Asia. Dari barisan terbawah menjadi barisan negara papan tengah. Dalam perjalanan ini, kita telah menyalip Filipina, Myanmar, Pakistan, dan India.
Meskipun perjalanan bangsa ini tidak selalu lancar, Indonesia sudah pernah beranjak dari negara termiskin di Asia menjadi anggota G-20. Indonesia sudah pernah lolos kekacauan dari periode 1945, 1949, 1953, 1961, 1965, 1974, 1984, 1998, dan luput dari Balkanisasi.
Dulu, kualitas infrastruktur transportasi Indonesia sempat jadi nomor tiga terburuk di periode 2000-an se-ASEAN, sekarang nomor tiga terbaik di Asia Tenggara.
Kita saat ini juga menjadi negara paling kompetitif nomor empat di ASEAN.
Kalau pendahulu kita sanggup melakukannya di tengah segala kesulitan, tentu bukan saatnya generasi sekarang bersantai namun eksis di medsos sambil mengeluhkan “kehidupan semakin sulit”
Bacaaan :
Wirawan Winarto -CEO di Perusahaan Industri 4.0
5 Reasons to Believe in the Indonesian Miracle : Foreign Policy
Indonesia’s remarkable economic transformation : The Strategist
Why has Indonesia developed much faster than India despite similar GDP per capita in 1998?: quora.com
Baca juga :
Indonesia Secara De Facto Dan De Jure Mewarisi Bekas Wilayah Hindia-Belanda