Hal yang meresahkan dari sistem pendidikan di Indonesia

/Article /Education

Sistem pendidikan yang salah kaprah berdampak buruk terhadap lulusannya. Di Indonesia sistem pendidikan yang memuja Ujian Ujian dan Ujian…Jadi jangan salahkan lulusan Perguruan Tinggi menuntut pekerjaan ke Pemerintah dan tidak ingin menganggur. Karena sejak dini sudah di didik Ujian dan Nilai lah yang diagungkan. Bukan kemandirian dan keprofesionalan.

Coba baca gambar diatas, perbedaan pendidikan di Eropa dan di Indonesia. Indonesia masih menganut sistem yang tidak relevan dan usang sekali. Sistem pendidikan yang tidak membuat mandiri.

Jika dilihat dari gambar diatas. Di Indonesia semua dibebankan pada Universitas, sedangkan masa Sekolah hanya mempelajari sesuatu yang tidak berguna dikemudian hari. Ibaratnya Ujian di Universitas itu Sistem Kebut Semalam. SKS mana bisa diterapkan sekaligus tanpa bertahap dari pendidikan dini. Harus diperbahurui.

Banyak sekarang lulusan Universitas tidak tahu mau ngapain?. Lulusan SMK nganggur. Lulusan SMA bingung. Seharusnya jika sistem benar pada SMA/SMK mereka sudah bisa kerja dan buka bisnis karena ilmu yang mereka pelajari fokus. Tidak mempelajari hal yang sia sia dan buang-buang waktu.

Di perguruan Tinggi seharusnya itu 3 tahun teori + 1 tahun praktek kerja pada perusahaan sesuai jurusan dan perusahaan yang sudah bekerjasama dengan Kampus. Skripsi, Tesis dan Disertasi seharusnya tidak satu-satunya pilihan untuk Syarat kelulusan, harusnya ada kepraktekan Profesional non Skripsi, Tesis, Disertasi. Seperti hal nya di Institut Seni Indonesia, dimana siswa bisa lulus tidak harus dengan Skripsi dan Tesis, tapi mereka bisa lulus dengan menggelar Pagelaran Fashion Show untuk kriya, Pagekaran Lukis untuk pelukis, dll. Kecuali mereka yang menang benar-benar ingin menjadi pendidik/dosen. Karena banyak momok yang menakutkan di Skripsi dan Tesis ini bagi mahasiswa dan kadang tidak selesai. Toh nantinya kalau mereka kerja tidak disuruh melakukan penelitian, perusahaan pasti akan melempar proyek tersebut pada Universitas ternama. Banyak dosen Metode penelitian saya di UGM yang sudah melakukan dan membantu perusahaan besar baik didalam maupun luar Negri untuk melakukan riset penelitian tentang segmentasi produk, produk itu sendiri, kebiasaan konsumen dll. Jadi memang perusahaan lebih percaya untuk menyerahkan hal tersebut pada Universitas yang bagus dibanding karyawannya yang S2 dan S3 nya banyak juga.

Perbanyak waktu Magang, serta mewajibkan peserta magang terbaik untuk diterima di perusahaan.

nhttps://www.indowebsite.co.id/member/aff.php?aff=3734

Sistem Zonasi yang salah kaprah.

Menurut saya hal ini pelanggaran HAM. Katanya dengan dalih biar tidak ada lagi sekolah yang Favorit dan sekolah berkualitas Rendah. Kenapa harus murid nya yang menjadi korban?. Harus menuruti zonasi?.

Jika ada sekolah kejuruan Seni dan kejuruan mesin. Apakah murid yang tinggal di sekitar sekolah seni harus masuk sekolah itu?. Padahal seni itu tdk bisa di paksa atau pelajari seperti halnya matematika, Akuntasi maupun kimia. Begitu juga jika banyak cewek yang tinggal di sekitar sekolah SMK mesin, listrik atau bengkel apa harus masuk di situ?. Padahal cewek yang suka jurusan itu tidak semua cewek suka dan bisa.

Kembali ke Sistem Zonasi. Apa tidak sebaiknya guru yang di Acak?. Jadi setiap guru wajib mengajar di semua sekolah di suatu kabupaten. Jadi yang ngajar di SMA favorit harus ngajar di SMA yang di desa juga. Karena percuma jika Guru yang berkualitas tetap di SMA favorit, ya SMA favorit tetap menjadi favorit.

Fasilitas, hal ini pasti juga berbeda tiap sekolah. Selama sekolah bagus dan sekolah biasa saja masih dipisahkan karena jurang fasilitas. Ya susah, bayangkan seperti SMA saya yang favorit dengan fasilitas yang lumayan lengkap dengan teman saya yang sama di kampung juga tetapi fasilitasnya minim sekali. Kualitas lulusannya sangat jauh berbeda.

Sebaiknya pak presiden Jokowi memilih Mentri Pendidikan itu yang berkarir sebagai guru dari bawah hingga atas sehingga tahu penderitaan guru terutama guru honorer. Serta mengetahui tentang pendidikan yang bagus dan dia juga seorang pendidik dan profesional.

Sumber gambar: Google