Beberapa pertimbangan yang harus dipenuhi :
1. Lokasi
Merupakan pertimbangan penting dalam pembangunan PLTN. Lokasi geografis Indonesia adalah di antara dua lempeng tektonik yaitu Lempeng Tektonik Pasifik dan Lempeng Tektonik Australia. Indonesia terletak di sekitar “Cincin Api Pasifik” atau “Pacific Ring of Fire” dimana tempat pertemuan beberapa lempeng tektonik bertabrakan dan terjadinya erupsi gunung.
Lokasi geografis ini menyebabkan Indonesia memilki resiko yang tinggi terjadinya gempa bumi dan Tsunami. Hal ini merupakan bahan pertimbangan Indonesia untuk menentukan lokasi pembangunan PLTN. Belajar dari pengalaman Fukushima, gempa bumi dan tsunami adalah beberapa faktor yang menyebabkan kecelakaan nuklir. Jadi lokasi yang jauh dari resiko gempa bumi dan tsunami harus dipilih untuk pembangunan reaktor nuklir.
Pertimbangan lokasi yang lain adalah sumber air yang dekat. Air merupakan komponen yang penting dalam PLTN, karena pemanfaatannya dalam menghasilkan uap dan pendinginan reaktor agar tidak meleleh. Sumber air yang dimaksud ini adalah seperti Laut, Sungai, dan Danau. Akses sumber air ke reaktor merupakan komponen penting dalam pembangunan PLTN untuk menjaga suhu reaktor dan sebagai salah satu komponen dalam pemberhentian reaktor dalam keadaan darurat.
2. Budget
Safety atau Keselamatan dalam terminologi keselamatan radiasi merupakan suatu tindakan untuk menjaga kesehatan pekerja radiasi dan orang awam dari radiasi yang memberikan efek berbahaya. Untuk dapat membuat reaktor nuklir aspek 3S harus sangat diperhatikan, dan untuk dapat mencapai standar diperlukan banyak penelitian dan pengalaman yang panjang dalam menjamin keamanan reaktor. Maka dari itu beberapa negara dunia yang ingin membangun reaktor nuklir ini biasanya mengundang konsultan yang berpengalaman untuk menjamin lokasi, desain fasilitas, dan rancangan keselamatan untuk penjaminan 3S. Tentu ini menyebabkan anggaran membengkak sedangkan masih banyak yang harus diutamakan dalam pembangunan negara.
Budgetting adalah hal yang penting dalam rencana pembangunan. Jika adanya cutting maka reaktor yang diharapkan tidak dapat dipenuhi bahkan dapat menyebabkan bencana nuklir baru.
3. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat adalah aspek penting dalam pembangunan PLTN. Setelah terjadinya kecelakaan Fukushima di Jepang pada tahun 2016, masyarakat Jerman sepakat untuk menolak energi Nuklir dan ini menyebabkan Jerman untuk menutup beberapa reaktor nuklir. Hari ini Jerman membeli listrik dari negara tetangga yang juga menghasilkannya reaktor Nuklir.
Sedangkan Masyarakat Indonesia hari ini hanya mengetahui nuklir itu adalah bom, dan orang yang belajar teknologi ini dilabelkan sebagai teroris. Kesalahan persepsi bahwa IPTEK Nuklir ini berguna dalam industri dan bidang kesehatan membuat perkembangannya menjadi sulit. Apersepsi masyarakat terhadap reaktor nuklir juga menyebabkan penolakan terhadap lokasi yang direncanakan akan dibangunnya reaktor. Namun akan timbul pertanyaan baru, apakah tidak berbahaya ?? Untuk dapat melakukan praktis atau kegiatan yang menambahkan jumlah dosis atau paparan kedalam manusia harus diawali dengan Justifikasi. Justifikasi adalah penentuan suatu aktifitas ini dapat dilakukan dengan mepertimbangkan risiko dan keuntungan yang didapatkannya. Jika sudah sampai pada tahap pembangunan PLTN maka dapat disimpulkan bahwa semua aspek telah dipertimbangkan dan keuntungannya juga lebih besar dari risikonya. Persepsi ini bukan hanya ada pada masyarakat awam, namun juga ada pada yang membuat peraturan.
Jepang setelah kejadian Fukushima sempat memiliki persepsi yang buruk terhadap PLTN, namun hanya berlangsung secara singkat. Pemerintah Jepang melakukan sosialisasi keuntungan yang didapatkan lebih besar dari risiko kepada masyarakatnya melalui ibu-ibu rumah tangga. Hal ini dibuktikan dengan tindakan cepat pemerintah Jepang dalam menanggulangi bencana nuklir Fukushima dan tindakan dekontaminasi yang efektif. Kenapa sosialisasi melalui ibu rumah tangga ? Jepang menyimpulkan dimana setiap opini masyarakat berasal dari dalam rumah. Maka sampai saat ini reaktor Nuklir di Jepang masih beroperasi sampai sekarang, bahkan Jepang akan menambahkan lagi serta melakukan upgrade desain untuk menjamin 3S.
4. Limbah
PLTN mungkin dapat dikatakan tidak menghasilkan pencemaran dan polusi seperti PLTU, namun bukan berarti tidak adanya limbah. Limbah PLTN adalah hasil fisi dalam reaktor yang disimpan didalam pool atau kolam untuk beberapa waktu setelah reaktifitasnya telah berkurang maka akan dilakukan containment didalam medium seperti graphite dan medium lainnya untuk disimpan didalam fasilitas penyimpanan. Limbah ini masih memilki reaktifitas yang tinggi, disebut juga dengan High Level Waste. Jika limbah ini dibuang begitu saja ke lingkungan akan memberikan dampak negatif yang besar, maka dari itu limbah ini akan disimpan untuk ratusan, ribuan bahkan jutaan tahun untuk akhirnya dapat digunakan lagi di dalam reaktor. Indonesia sudah mempunyai pengalaman dalam penanganan limbah, karena BATAN sudah melakukan manajemen limbah radioaktif dari reaktor nuklir research, namun untuk skala besar ?. Beberapa negara yang menawarkan jasa pembangunan reaktor nuklir seperti Jepang, Australia, dan Rusia menawarkan jasa untuk menyimpankan limbah radioaktif dari reaktor kembali ke negaranya selama 1 tahun, namun hal ini merugikan bagi negara yang memakai jasa mereka karena akhir-akhir ini banyak sekali penelitian untuk dapat menggunakan limbah reaktor untuk menjadi bahan bakar PLTN yang baru.
Manajemen limbah yang buruk merupakan salah satu faktor kebocoran radiasi terhadap lingkungan. Bentuk fasilitas penyimpanan, medium containment dan manajemen administrasi adalah hal penting dalam keamanan fasilitas penyimpanan limbah nuklir. Jika diolah dengan buruk maka akan terjadi bencana nuklir lainnya.
Mungkin masih banyak bahan pertimbangan pemerintah untuk pembangunan reaktor Nuklir
Dari berbagai sumber