Refleksi Terhadap Pemikiran-Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

/Article /Education

Oleh : Dipa Adi Martius (CGP Angkatan 6 Tahun 2022)

Berikut ini merupakan Tulisan Refleksi diri tentang pemikiran KHD yang dibuat sebagai bagian dari tugas modul 1 .1.a.8. (Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 Mulai dari diri)  dalam pembelajaran Calon Pendidik Penggerak Angkatan 6 Tahun 2022.

Sebelum mempelajari dan memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan memberkan menghukum siswa bisa mengubah tingkah laku dan perilaku mereka. Jika mereka melakukan kesalahan yang sama dengan tegas saya memberikan hukuman yang kadang tidak sesuai dengan kodrat mereka. Contoh : pada saat mereka tidak mengerjakan tugas atau menyelesaikan ulangan dan sebagainya, saya memberikan tugas yang lebih banyak lagi. Padahal jika dipahami, tugas sedikit yang diberikan kepada peserta didik sudah terasa berat mengerjakannya, apalagi ditambah lagi dengan tugas lainnya yang lebih banyak lagi. Mereka saya anggap bisa berubah dalam sikap dan disiplin pada proses pembelajaran, namun sebenarnya disiplin dan pemenuhan tugas oleh peserta didik hanya terjadi didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara bukan atas kesadaran pribadinya.

Selama ini sebagai pendidik, belum sepenuhnya menyadari dan memahami akan keberadaan kodrat alam peserta didik, sehingga sering sedikit emosional ketika ada peserta didik yang terkesan sulit diajak bekerjasama, dan bersikap malas, cuek dalam mengikuti pelajaran. Kita juga menyadari bahwa belum sepenuhnya menyajikan dan menyuguhkan metode dan model-model pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.

Perubahan dari pemikiran atau perilaku setelah mempelajari modul adalah pemahaman terhadap pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) dapat dipahami sebagai berikut :

  1. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai peradapan yang tinggi dan kesempurnaan hidup. Berdasarkan pemikiran tersebut, Pendidikan harus didasarkan pada penciptaan jiwa merdeka, cakap dan berguna bagi manusia lainnya atau masyarakat. Selain itu, inti dari pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan membentuk kepribadian serta kemerdekaan bathin bangsa Indonesia agar peserta didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya. Pada dasarnya dalam proses pembelajaran atau pendidikan, anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya mereka sendiri. Jadi hakekat Pendidikan Pendidikan adalah sebagai penuntun untuk pencapaian potensi peserta didik menjadi optimal. Kata Merdeka juga bisa diartikan dalam posisi tanpa adanya paksaan/intimidasi sehingga peserta didik merasa senang, nyaman, bahagian, aman dan bahkan tentram serta damai dalam menjalankan proses pendidikan. Pendidik/pendidik dalam hal ini hanya dapat menuntun tumbuhnya kodrat yang ada pada anak didik. Hal ini juga berarti dengan berbekal kemerdekaan pada diri peserta didik memberikan keyakinan pada peserta didik dalam mengikuti pendidikan dan pengajaran serta mempersiapkan mereka unutk masa depan.
  2. Pemikiran KHD dengan konteks Pendidikan Indonesia saat ini dan konteks Pendidikan di sekolah secara khusus sangat relevan untuk diimplementasikan. Menurut KHD bahwa Pendidikan adalah suatu usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak. Melalui Pendidikan, Peserta didik diberikan ruang kebebasan untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat pesrta didik (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukanlah berarti kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan serta selalu dalam pengawasan dari pendidik supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan diri mereka sendiri. Hal yang dilakukan seorang pendidik atau pendidik adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodrat yang dimilikinya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan, membangun semangat dan memberikan dorongan bagi tumbuh kembangnya anak didik. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan serta keberhasilan dalam proses menuju masa depan.
  3. Namun Sampai saat ini saya merasa belum seutuhnya mampu melaksanakan pemikiran. Pada beberapa hal utamanya dalam proses pembelajaran daring yang saya berikan beberapa waktu belakangan ini, saya sebagai pendidik telah berusaha memfasilitasi peserta didik dalam kebebasan belajar diantaranya membuat pembelajaran dapat berlangsung kapan saja dan dimana saja, memberikan kebebasan peserta didik untuk mencari dan menentukan materi sesuai kemampuan dan potensi mereka, membuat suasana pembelajaran yang nyaman dan kondusif, memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam memahami materi yang saya berikan melalui portal pembelajaran yang saya buat (https://elearning.dipa14.web.id) seusai waktu yang mereka punya, memberikan kesempatan peserta didik untuk bebas memilih sumber belajar melalui sumber belajar yang relevan, menyediakan sumber-sumber belajar yang variatif melalui LMS dan memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan diskusi melalui diskusi dengan berbagai flatfom.
  4. Pada kenyatannya, beberapa pertemuan saya juga masih ada melaksanakan pembelajaran yang tidak sepenuhnya berpusat pada pesrta didik, hal ini dilakukan karena tuntutan situasi dan kondisi yang harus dipenuhi dalam satu semester sebagai target pembelajran. Dalam kondisi tersebut saya masih menganggap pesrta didik sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga saya sebagai pendidik memperlakukan mereka sesuai keinginan sebagai pendidik, mengikuti gaya belajar yang saya terapkan serta proses pembelajaran yang saya lakukan lebih berfokus pada aspek pengetahuan sesuai dengan tuntutan KI/KD dan target waktu.

Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran dan implementasi pembelajaran yang saya lakukan telah mengalami perubahan yakni harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan ikhlas karena mereka adalah pribadi yang unik dan berbeda-beda. Dalam konsep membina saya akan mengingat 3 (tiga)  hal yakni ing ngarsa sang tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani Di depan menjadi contoh, Di tengah memberikan semangat, dan di belakang memberikan dorongan. Dengan demikian kelas dan ruang belajar mencerminkan pemikiran KHD.

Baca juga :

Peran Guru Dalam Merdeka Belajar : Inovasi & Integrasi Kompetensi Teknopreneur Pada Mapel Produk Kreatif & Kewirausahaan (PKK) SMK

Metaverse dalam Dunia Pendidikan