Belajar Dari Siomay Pink

/Technopreneur

Nasib setiap orang memang siapa yang tau karena roda kehidupan selalu berputar. Kisah ini persis seperti seorang penjual siomay yang pernah menjadi miliarder. Namanya Sriyono, lelaki asal Klaten ini terkenal karena keliling menjual ‘Siomay Senayan’ dengan atribut berwarna serba Pink. Ternyata, cara ini membuat ia terkenal dan menarik banyak pelanggan.

Pak Yono –sapaan akrabnya—punya kisah unik di balik warna serba pink yang ia gunakan. Menurut Pak Yono, Pink adalah warna favorit anak sulungnya. Sehingga ia memakai warna tersebut untuk kemudian melariskan jualannya di jalanan Jakarta.

Lahir di Klaten pada 1954, pada tahun 1969 Pak Yono merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Ia kemudian bekerja sebagai sales mobil. Di sisi lain, kegemarannya akan camilan siomay membuat ia bertekad untuk bisa membuat makanan tersebut suatu hari. Ia kemudian bekerja dengan seorang pedagang siomay asal Bangka. Selama satu tahun kerja Pak Yono tidak pernah dibayar. Nah, saat sang pengusaha meninggal dunia, Pak Yono mengambil usahanya –karena ia tak punya ahli waris. Pada tahun 1980, Pak Yono nekat menjual siomay keliling dengan cara patungan bersama temannya.

Kerja kerasnya berbuah manis. Dari siomay keliling, ia jadi mempunyai kedai di mall Plaza Senayan Jakarta, pada tahun 1996. Usahanya terus berkembang dan punya cabang di berbagai daerah. Puncaknya, di tahun tersebut ia menjadi seorang miliarder, omzetnya bisa mencapai 2 miliar Rupiah per tahun

Nah, karena pertanyaannya adalah “apa saja modal awal…..” (lebih bersifat teori) dan bukan “apa saja langkah-langkah….” (lebih bersifat praktis) ya maka jawaban yang akan saya berikan akan lebih bersifat teori (menurut pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman saya), tetapi semoga juga bisa berguna.
Terlepas dari usaha apa yang akan didirikan, mulai dari tukang siomay, bisnis laundry, membuka tempat spa, usaha restoran, usaha basis IT, bisnis konveksi / pakaian, tempat les, bisnis online, merias jenazah, impor motor Harley (eh, entar dikira nyindir lagi…), sampai jasa memandikan kucing, ya secara umum ada beberapa hal yang harus dimiliki agar bisnis tersebut dapat dimulai, berjalan, dan [sukur-sukur] bertahan bahkan berkembang. Tetapi karena pertanyaan awalnya adalah ‘modal awal’, jadi ya faktor yang dibahas berikut ini adalah faktor / hal minimal yang harus dimiliki agar bisnis bisa dimulai dan berjalan saja.

1.) Mimpi
Dalam dunia Sains & Teknologi, semua penemuan seringkali berawal dari mimpi. Begitu juga dalam berbisnis. Sangat penting bagi pebisnis pemula untuk memiliki mimpi. Mimpi di sini harus merupakan mimpi yang konkrit, sehingga mimpi-mimpi seperti ‘saya ingin menjadi kaya-raya’ atau ‘saya ingin memiliki kebebasan finansial’ atau ‘saya ingin agar uang bekerja untuk saya’ atau ‘saya ingin bisa bebas menentukan hari libur saya sendiri’, dan semacamnya bukanlah merupakan mimpi yang baik. Mengapa? Karena itu bukanlah hal yang akan dicapai dari sebuah bisnis, melainkan ‘efek samping’ alias konsekuensi dari bisnis yang sukses

Dengan memiliki mimpi, kita memiliki 2 hal : tujuan (secara kasar) dan kekuatan. Dunia bisnis itu keras, bung….. Jika bisnis memang maju, sehingga menjadi perusahaan misalnya, maka mimpi ini bisa dirumuskan kembali menjadi yang namanya VISI. Sama seperti gambar di atas. Dalam mengemudi, kita harus tahu tujuannya ke mana. Dan untuk perjalanan jauh, ya tentunya diperlukan stamina dan kemampuan bertahan, ini adalah kekuatan mimpi.

2.) Konsep, Orisinalitas, dan Kreativitas
Selain visi, mimpi juga dapat dikonversi menjadi konsep, orisinalitas, dan kreativitas ; walaupun ketiga hal ini tidak selalu harus berasal dari mimpi. Dari segi konsep, GoJek merupakan mengambil konsep angkutan berbasis online, sedangkan Warung Upnormal mengambil konsep ‘Indomie masuk café’. Keduanya memiliki konsep dasar yang unik sehingga juga memiliki orisinalitas. Tak heran, banyak pesaing copycat karbitan seperti Lady-Jék dll. tidak mampu menyaingi GoJek, karena sudah konsepnya tiruan, tidak ada kreativitasnya. Padahal waktu itu layanan Go-Food belum ada. Coba kalau si copycat itu menawarkan layanan kurir makanan sebelum layanan Go-Food ada, nasibnya takkan jadi begini.

3.) Lokasi dan Target Market
Lokasi yang strategis akan sangat mendukung produk yang ditawarkan, asalkan sesuai dengan segmennya. Gampangnya begini, anda tidak mungkin berjualan sate babi di dekat masjid, kan? Bukan hanya tidak akan laku, salah-salah penjualnya yang bakalan ‘dipepes’. Jadi, ketika anda memiliki lokasi yang strategis, anda harus memutuskan kira-kira siapa ya atau golongan apa yang akan menjadi [calon] konsumen anda.

4.) Uang
Berhati-hatilah dengan orang yang bilang bahwa ‘tidak semua bisnis membutuhkan uang’ atau ‘ada bisnis yang tidak perlu uang’. Karena, memang ada beberapa bisnis yang tidak membutuhkan uang untuk modal awal (seperti dalam kasus saya), tetapi pada akhirnya anda akan tetap membutuhkan uang. Untuk membuka usaha, anda harus tentukan dahulu apakah jenis usahanya adalah utama atau sampingan. Jika usahanya sampingan, seharusnya anda masih memiliki pekerjaan / pemasukan tetap. Saya sendiri, memulai usaha dengan modal nol dengan status masih bekerja full-time, sebelum akhirnya memutuskan beralih ke part-time setelah usaha saya dinilai ‘lumayan stabil’, walaupun belum mantap.

5.) Strategi
Dalam menjalankan bisnis, yang paling sulit adalah mendesain strategi bisnis. Strategi bisnis jauh lebih sulit daripada marketing, apalagi sales dan jenis strategi yang disusun akan bergantung pada banyak hal. Contoh strategi bisnis perusahaan adalah produsen es merk Aice yang mendistribusikan produknya melalui warung-warung, alih-alih toko swalayan (****mart) seperti yang dianut oleh Walls, Campina, dkk.

6.) Keramahan
Dengan sesaknya persaingan bisnis jaman now, pebisnis dan karyawan dituntut untuk ramah kepada konsumen. Memang terkadang kita bisa menjumpai customer nyinyir, tapi ya hadapi saja dengan senyum, itu bagian dai ibadah.

Ada 4 hal yang bisa dibagikan secara gratis tanpa membuat seseorang menjadi miskin, yaitu : ilmu, senyum, support / dukungan, dan nasehat. Dan dalam konteks berbisnis / usaha, dari jualan bubur ayam sampai bisnis online, senyum (keramahan) paling tidak mampu dirasakan oleh pelanggan dan pelayanan yang baik dan sifat santai merupakan salah satu kunci pelanggan enggan berpindah, walau terkadang ada kompetitor baru yang lebih ‘gagah’.

Bacaan :
boombastis.com
Ari Yanto – Qoura

Baca juga :

Digital Marketing (DM)

 

Menentukan Niche Market Untuk Bisnis