Jerman Menjadi Poros dan Kiblat untuk Perkembangan Teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan Manufaktur

/Article

Sudah menjadi rahasia umum kalau Jerman adalah poros dan kiblat masyarakat dunia untuk perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan manufaktur. Diraihnya 103 Nobel dan penghargaan prestisius lainnya menjadi bukti bahwa Jerman patut diapresiasi untuk segala hal yang mengacu pada teknologi, ilmu pengetahuan, dan manufaktur.

Kenapa Jerman? Kenapa tidak Amerika, China, atau negara lainnya? Ini alasannya:

1. Apresiasi Besar Terhadap Riset

Negara Jerman sangat mengapresiasi terhadap sebuah riset atau penelitian kepada para ilmuwannya. Pemerintahnya sangat loyal dan tidak pelit untuk hal yang satu ini. Tidak tanggung-tanggung, selain dibiayai penuh, bila berhasil, buah dari penelitian pun segera dipatenkan dan sang penemu diberi sejumlah royalti sebagai apresiasi terhadap apa yang telah diteliti. Inilah yang memacu kemunculan penemuan-penemuan baru dan peneliti-peneliti baru di Jerman. Dan imbasnya, Jerman menjadi kiblat para penduduk dunia untuk masalah teknologi, ilmu pengetahuan, dan manufaktur.

2. Jerman Tidak Pernah Merasa Kenyang

Berbicara teknologi, ilmu pengetahuan, dan manufaktur, Jerman layaknya sebuah matahari yang tak pernah berhenti menyinari. Selalu tertanam dalam mindset mereka, agar jangan pernah mau kenyang. Mereka selalu lapar dan haus akan hal-hal baru. Inilah yang membuat mereka terus berinovasi dan tidak pernah merasa puas akan sesuatu hal, karena segalanya bukanlah sebuah hasil final. Selalu ada celah untuk memodifikasi atau memperbarui hasil-hasil temuan sebelumnya.

Secara turun-temurun, pikiran ini diwarisi kepada anak-cucu mereka. Hasilnya, berkat tak pernah merasa puas dan selalu lapar serta dahaga, Jerman menjadi pionir dalam inovasi teknologi, ilmu pengetahuan, dan manufaktur.

3. Belajar Dari Kepahitan

Perang Dunia II menyisakan luka yang mendalam kepada rakyat Jerman. Hal ini menjadi sebuah titik balik mereka untuk bangkit dan tidak mau kembali ke masa suram lagi. Mereka bangun masyarakat dengan menanamkan mindset yang kuat tentang keterpurukan pasca Perang Dunia II. Jerman mulai membangun penelitian dan pendidikan sebagai pondasi utama mereka.

Dengan menanamkan pikiran kuat tak ingin kembali ke zaman kelam dan menjadikan penelitan serta pendidikan sebagai pondasi utama, Jerman berhasil membawa Negara dan masyarakatnya menjadi poros untuk hal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Manufaktur. Tak hanya itu, mesin-mesin perang Jerman pun telah diakui dunia untuk kekuatan dan ketahanannya. Jerman bangkit!

4. Jerman Tidak Takut Salah dan Selalu Belajar

Kita semua pasti tahu kalau orang yang bodoh adalah orang yang selalu merasa benar dan tidak pernah mau belajar. Sebagai pusat riset atau penelitian dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan manufaktur, hal ini sungguh tidak ada dalam kamus Negara Jerman, terutama para penelitinya. Selalu ada kemungkinan berlaku salah dan melakukan sebuah kesalahan bukanlah akhir dari segalanya. Justru kesalahan itulah yang membuat Jerman selalu belajar untuk dapat berhasil nantinya.

Ini tercermin jelas dari para ilmuwan Jerman. Sudah sering kita mendengar kisah para penemu dan ilmuwan yang tak pernah berhasil dalam satu kali percobaan. Berbagai kesalahan mereka lalui, belajar, bangkit lagi dan tak pernah kenal dan merasa lelah. Pada akhirnya, karya-karya mereka dikenal oleh seluruh dunia sampai akhir masa.

5. Jerman Memiliki DNA Penemu dan Ilmuwan

Jerman dikenal dengan sebutan Das Land der Erfinder, atau negara tempatnya para penemu. Bukan hanya satu dan dua, tetapi ratusan penemu dan ilmuwan ternama berasal dari Jerman. Tentu kita sudah familiar dengan nama-nama Johannes Guttenberg (penemu mesin cetak), Konred Zuse (penemu computer digital otomatis), Ferdinand von Zeppellin (penemu balon udara), Rudolf Diesel (penemu mesin diesel), Wilhelm Emil Fein (penemu mesin pengebor elektronik), dan yang lainnya. Ilmuwan fisika yang sudah kita ketahui pun berasal dari Jerman, Albert Einstein.

Dengan DNA seorang penemu dan ilmuwan, tak ayal kalau Jerman menjadi poros untuk berbagai inovasi teknologi, ilmu pengetahuan, dan manufaktur.

Itulah hal-hal yang membuat Jerman terkenal dengan inovasi teknologi, ilmu pengetahuan, dan manufaktur. Ini pula lah yang membuat banyak orang ingin menempuh pendidikan di Jerman.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang bekerjasama secara khusus dengan Negara Jerman, Swiss German University (SGU) dengan bangga ingin menyebarkan ilmu dan berbagai filosofi hidup kepada masyarakat Indonesia melalui pendidikan sarjana dan pascasarjana di kampusnya.

 

Jerman Punya Silicon Valley?

München dan Berlin adalah daerah utama tempat pengembangan teknologi informasi di Jerman. Tapi bukan hanya ‘computer freaks’ usia muda, yang merintis 8.000 perusahaan baru di Jerman. Baik jaket, jeans maupun t-shirt, semakin banyak orang membeli pakaian lewat internet. Yang tidak disukai atau tidak pas dikembalikan ke penjual tanpa harus bayar ongkos pengiriman. Di Jerman rata-rata 40% barang yang dibeli dikembalikan. Apakah, dan bagaimana itu bisa diubah, dipikirkan Sebastian Schulze, pendiri dan pemimpin perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informatika, UPcload, sejak ia masih berkuliah ekonomi.

 

Tidak Benar-Benar Bekerja

“Kami terpikir, pasti ‘cool’ jika ukuran tubuh orang dapat dideteksi dengan kamera internet,” demikian diceritakan Schulze. Perusahaannya dapat menyelesaikan masalah terbesar dalam perdagangan lewat internet, “yaitu konsumen yang ingin membeli baju lewat internet, tapi tidak tahu ukuran yang tepat baginya.”

Schulze baru berusia 22 tahun, ketika ia mendirikan perusahaannya tahun 2010 dengan mitranya Asaf Moses di Berlin. Kuliahnya di Universitas Humboldt baru saja selesai dan pengalaman kerja ia tidak punya. “Saya tidak pernah benar-benar bekerja”, kata Schulze. Ketika berkuliah ia magang tiga kali, di sebuah bank investasi, di kantor konsultan dan di kantor akuntansi. “Setelah itu saya berpikir, saya jelas tidak mau melakukan itu semua. Saya lebih suka berada di barisan depan dan memegang tanggungjawab. Kalau saya memang harus bekerja banyak, saya ingin itu untuk tujuan saya sendiri.”

Wann wurde das Bild gemacht?: 2011 Wo wurde das Bild aufgenommen?: Berlin UPCload is a new Berlin startup that helps people measures clothes more accurately online I authorize DW to publish these photos. Tom Phillipson - doe@tokyo2064.com
Startup UPCloadFoto: Tom Phillipson

München dan Berlin di Depan

Lebih dari 8.000 perusahaan di bidang teknik informatika dan komunikasi didirikan tahun lalu. Sebagian besar berlokasi di München dan Berlin. Demikian hasil sebuah studi, yang diadakan Pusat Penelitian Ekonomi Eropa (ZEW), sesuai penugasan dari Departemen Perekonomian Jerman, perusahaan telekomunikasi Deutschen Telekom dan ikatan perusahaan telekomunikasi, Bitkom. Di peringkat ketiga pada “peta pendirian perusahaan”, daerah sekitar sungai Rhein dan Main, seperti Frankfurt serta Hamburg.

Bagi ketua Bitkom Dieter Kempf itu bukan kebetulan, bahwa terutama di daerah-daerah padat penduduk banyak ditemukan perusahaan baru di bidang teknik informatika. Di Jerman tidak ada tempat seperti “Silicon Valley”. Jika di daerah metropolitan perusahaan yang bergerak di bidang itu terkumpul di suatu tempat, kelompok ini akan berusaha membentuk semacam koloni. “Situasi yang jadinya seperti di kampus jelas membuat mudah terciptanya wadah pasar yang mempertemukan orang yang hendak mendirikan perusahaan dan pihak yang bersedia membiayai. Mereka bisa bertemu saat makan Hamburger, juga saat minum kopi.”

Sebastian Schulze, Gründer und Geschäftsführer des IT-Unternehmens UPcload. Zugeliefert am 6.11.12 durch Henrik Böhme Quelle: Bitkom/Daniela Stanek Frei zur Verwendung für Pressezwecke.
Sebastian SchulzeFoto: Bitkom/Daniela Stanek

Keperluan Keuangan Yang Semakin Tinggi

Terutama di Berlin perkembangannya pesat. Semakin banyak dukungan dana dan modal datang ke kota itu. Semangat besar bisa dirasakan, kata pendiri UPcload, Sebastian Schulze. Pendanaan menjadi hal terpenting bagi sebuah perusahaan muda, di samping ide gemilang. Yang sering terjadi di AS seperti ini: tetangga yang kaya meminjamkan uang kepada pendiri perusahaan, karena suka ide bisnisnya. Hal seperti itu tidak terjadi di Jerman. Pembiayaan modal berisiko yang sifatnya institusional juga belum berkembang. Dalam empat tahun pertama, rata-rata 700.000 Euro mengalir untuk membiayai perusahaan baru.

Pada tahun perusahaan didirikan, dana yang masuk hanya sekitar 70.000 Euro. Jadi kebutuhan uang dalam tahun-tahun setelahnya meningkat drastis. Pemasukan tahun-tahun pertama harus dipakai untuk membiayai hidup, dan sisanya kembali ditanamkan dalam perusahaan, kata kepala Bitkom, Kempf. Dari sudut pandang cabang usaha itu, hal inilah yang menyebabkan perusahaan baru jauh lebih lambat berkembang dibanding dengan di AS. “Cepatnya perkembangan ekonomi itu berkembang alami. Jika saya tergantung pada pembiayaan sendiri, pasti tidak bisa berkembang cepat,” demikian ditambahkan Kempf.

Bukan Hanya “Computer Nerds” Muda

Di samping poin-poin yang sudah dikenal, studi tentang perusahaan baru juga mengungkapkan hal-hal mengejutkan. Misalnya prasangka, bahwa di sektor informatika perusahaan dapat didirikan dengan cepat, tapi juga dapat dengan cepat menghilang, terbukti tidak benar. Setelah lima tahun, menurut studi itu, masih 60% perusahaan baru tetap aktif di pasar.

Dieter Kempf, Präsident des IT-Branchenverbandes Bitkom. Zugeliefert am 6.11.12 durch Henrik Böhme Quelle: Bitkom Frei zur Verwendung für Pressezwecke.
Dieter Kempf Foto: Bitkom/Daniela Stanek

Juga dugaan, bahwa pendiri perusahaan teknologi informatika biasanya orang-orang muda yang baru selesai kuliah, ternyata tidak benar. Hanya satu dari dua pendiri perusahaan punya ijazah sarjana, dan biasanya mereka sudah berusia 38 tahun. Mereka rata-rata sudah punya pengalaman 11 tahun di bidang itu, dan 17 tahun pengalaman kerja. Kedua hal ini menunjukkan, “terutama pendiri perusahaan, yang berusia lebih tua dari 45 tahun, atau antara 36 dan 45 tahun, mendirikan bisnisnya di atas dasar pengalaman hidup sebagai pegawai, yang sudah terjamin dan konstan”, dijelaskan Kempf.

Sebastian Schulze tidak termasuk kelompok ini. Tetapi dalam hal-hal lain ia bisa menjadi contoh ciri khas orang yang bekerja di bidang tersebut. Terutama jika menyangkut tuntutan keuntungan bagi perusahaannya. UPcload memang sudah punya kerjasama dengan Otto.de, dan Schulze mengatakan, perusahaannya sudah mulai mengadakan pembicaraan dengan ebay dan Zalando, perusahaan internet yang sudah cukup terkenal. Tapi perusahaan muda itu belum memperoleh keuntungan. Di tahun-tahun pertama memang keuntungan bukan hal yang relevan, kata Schulze.

 

Sumur :

sgu.ac.id

dw.com (Sabine Kinkartz)

Baca Juga :

Metaverse dalam Dunia Pendidikan

What are the benefits of Mobile Applications to grow your business?