Demonstrasi Konstektual Modul 1.4. Melaksanakan Praktik Segitiga Restitusi

/Education

Pada tahap demonstrasi kontekstual ini, Anda akan melaksanakan praktik segitiga restitusi terhadap satu murid/Siswa di sekolah Anda dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

  1. Buatlah skenario lengkap untuk melaksanakan praktik segitiga restitusi terhadap dua (2) kasus mengenai murid yang melanggar peraturan di sekolah Anda.
  2. Ajaklah satu murid Anda untuk melakukan praktik segitiga restitusi tersebut.
  3. Lakukan praktik segitiga restitusi. Minta tanggapan murid Anda mengenai perasaan mereka ketika Anda melakukan praktik segitiga restitusi itu.
  4. Rekamlah praktik segitiga restitusi sesuai dengan skenario yang telah dibuat beserta tanggapan dari murid Anda dalam bentuk video.
  5. Unggah video praktik segitiga restitusi ke kanal YouTube/Google Drive Anda dan sematkan tautannya pada LMS.
  6. Perhatikan rubrik penilaian untuk demonstrasi kontekstual yang telah disediakan dibawah.

 

Melaksanakan Praktik Segitiga Restitusi

 

Teori Restitusi Diane Gossen

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004).

Restitusi dilakukan sebagai upaya membantu siswa memperbaiki diri agar memiliki karakter yang lebih baik dan kuat.

 

Langkah-langkah Penerapan Segitiga Restitusi

  1. Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity

Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang  yang sukses. Anak yang sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi proaktif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini:

  • Berbuat salah itu tidak apa-apa.
  • Tidak ada manusia yang sempurna
  • Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
  • Kita bisa menyelesaikan ini.
  • Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
  • Kamu berhak merasa begitu.
  • Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

2: Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbehavior

Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti  akan mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir  proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu  mendapat perhatian kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan anak tersebut.

Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin terdengar asing buat guru, namun bila  dikatakan dengan nada  tanpa menghakimi akan memvalidasi kebutuhan  mereka.

  • “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
  • “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
  • “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”.
  • “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”

Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori kontrol menyatakan bahwa resep itu tidak manjur. Mungkin tindakan guru dengan memvalidasi sikap yang tidak baik seperti bertentangan dengan aturan yang ada.

  1. Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief

Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau keluarga.

  • Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
  • Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
  • Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
  • Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
  • Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan?
  • Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya?

Kebanyakan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka jadi orang seperti itu. ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut

 

Kasus 1 :

Riski

Siswa Yang Suka Berkelahi (Tawuran) Dan Melakukan Kekerasan Terhadap Temanya.

Ilustrasi kasus :

Riski adalah seorang siswa kelas XII TKJ . Berdasarkan pemantauan dan informasi dari guru BK serta guru lainya akhir-akhir ini sering terlibat perkelahian dan tawuran. Dia juga sering melakukan tindak kekerasan pada temannya disekolah.  Riski berubah menjadi seorang anak yang emosional tidak stabil, sehingga dia dijauhi oleh temannya.

Informasi dari wali kelas dan guru BK bahwa orang tua tua laki-laki (kandung) Riski telah meninggal beberapa waktu lalu dan ibu nya menikah lagi. Ada informasi bahwa ayah sambungnya sering memperlakukan dia dengan kasar.

Pada suatu saat, saya sebagai salah satu guru mata pelajaran  kejuruan akhirnya memanggil anak tersebut untuk datang ke sekolah menemui saya untuk membicarakan permasalahan yang terjadi serta mencari solusi dari masalah tersebut menggunakan metode Restitusi.

Berikut ini adalah Skenario Proses Penerapan Restitusi yang dilakukan :

 

Kasus 2 :

FAJRI

Siswa Yang Sering Terlambat Dan Masuk Lewat Pagar Belakang Sekolah

 Ilustrasi kasus.

Fajri adalah siswa kelas XII. Pada akhir-akhir ini sering terlambat datang kesekolah. Pada suatu ketika Fajri datang terlambat dan masuk dengan cara memanjat pagar tembok belakang sekolah yang cukup tinggi. Hal ini jelas bias membahayakan dirinya. Dan hal itu sudah sering dilakukan. Sampai pada suatu hari kepergok oleh salah seorang guru guru ketika memanjat pagar tembok sekolah.

Terhadap kasus tersebut, akhirnya saya sebagai salah satu guru mata pelajaran kejuruan memanggil anak tersebut untuk datang ke ruangan menemui saya untuk membicarakan permasalahan yang terjadi serta mencari solusi dari masalah tersebut menggunakan metode Restitusi

Berikut ini adalah skenario proses penerapan restitusi yang dilakukan

 

Silahkan Tonton Video Praktek Segitiga Restitusi

Baca juga :

Koneksi Antar Materi – Modul 1.4. Guru Penggerak Angkatan 6

Peran Guru Dalam Merdeka Belajar : Inovasi & Integrasi Kompetensi Teknopreneur Pada Mapel Produk Kreatif & Kewirausahaan (PKK) SMK