Ideologi (Dan Posisi Politik Indonesia)

/Article

 Ideologi itu memiliki spektrum, yakni sayap kiri dan sayap kanan. Kemudian dibagi-bagi kembali seperti yang ada di bawah ini.

Masing-masing bagian memiliki karakteristik masing-masing, oleh karena itu jangan sekali-kali menyamakan Ideologi kiri-tengah dengan kiri-jauh hanya karena sama-sama sayap kiri.

1.Sayap Kiri:

Kiri-tengah:

  • Mendukung persamaan hak.
  • Biasanya lebih kapitalis, namun tujuannya sosial.
  • Biasanya menggunakan demokrasi liberal saat pemilu.
  • Mendukung perubahan, namun hanya secara sosial.

Kiri :

  • Mendukung kesejahteraan.
  • Hanya ekonomi yang diatur negara.
  • Mendukung keberadaan negara, namun hanya bertujuan untuk menyejahterakan.
  • Reformis (Ingin perubahan sosial yang memajukan, namun secara bertahap dan pelan atau biasa disebut gradual).

Kiri-jauh :

  • Mendukung prinsip kesetaraan.
  • Sandang (Pakaian), Pangan (Makanan), dan Papan (Rumah) diatur oleh negara (biasanya terdapat di negara Marxis-Leninis), namun Anarkis ingin jika sandang (Pakaian), Pangan (Makanan), dan Papan (Rumah) diatur oleh masyarakat itu sendiri.
  • Tujuan akhirnya ingin menghilangkan keberadaan otoritas yang ada.
  • Bersifat Revolusioner (Ingin perubahan sosial yang cepat, langsung, dan drastis).
  1. Tengah:
  • Biasanya tidak mendukung perubahan yang terlalu besar
  • Mendukung keseimbangan antara kesenjangan hierarki dan persamaan derajat
  • Mendukung kepentingan individu

Keterangan : tidak ada ideologi yang berada persis di tengah

3.Sayap Kanan:

Kanan-Tengah :

  • Mendukung konservatisme, namun tidak terlalu.
  • Biasanya tetap mendukung demokrasi.
  • Netral dalam bidang sosial-budaya, selama tidak menimbulkan dampak negatif yang berlebihan.

Kanan :

  • Nasionalis (biasanya), Tradisionalis, ataupun Agamais.
  • Tidak mendukung perubahan maju dan ingin melestarikan budaya yang ada (Status Quo).
  • Biasanya anti-imigran/antek asing.
  • Anti ekonomi Sosialisme.

Kanan-Jauh:

  • Ultra-nasionalis ataupun Ultra-Konservatif dalam sosial-budaya.
  • Reaksioner (Quo Ante, yaitu mendukung perubahan menjadi layaknya masyarakat lampau).
  • Anti kelompok dan negara lain yang berbeda.
  • Anti ekonomi Sosialisme.

Contoh-contoh ideologi berdasarkan spektrumnya.

Politik Big Tent (Tenda besar) tidak memiliki spektrum, karena ideologi ini memperbolehkan hampir semua ideologi yang ada (kecuali kiri-jauh dan kanan-jauh)

 

Ada banyak sekali definisi dari spektrum politik ini dan definisinya pun terkadang berbeda disetiap negara. Tapi karena kebanyakan masyarakat Indonesia mengenal spektrum ini dari politik AS, saya akan memakai definisi AS untuk mempersingkat kata.

Di AS sendiri baik demokrat dan republican berada dilandasan kiri (Demokrat) dan kanan (Republican). Pada dasarnya definisi dasar pektrum ini hampir sama dengan Eropa dimana kiri biasanya mendukung Sosialism, progresif dan liberal. Lalu sayap kanan mendukung Conservative dan Nasionalisme. Itulah mengapa kita melihat kenapa kebanyakan LGBTQ dan beberapa pergerakan ‘progresif’ lainnya mendukung demokrat dan replubican mempertahankan kepemilikan senjata api. Dan perlu dicatat Konserfatif bukan hanya agama tertentu melainkan nilai dan norma yang sudah tertanam dari dulu.

Dan dimana mana sesuatu yang berlebihan itu sangat tidak baik begitu juga di politik. Far left-right (Jauh kiri dan kanan) sama buruknya ketika diterapkan. Biasanya dapat kita menilai pendukung spektrum jauh sebagai Zealot dan fanatik. Pendukung kiri jauh biasanya akan mempertahankan nilai sosialisme dan ingin menanamkannya secara mutlak salah satu contoh negara yang dilabeli negara “kiri” adalah Uni Soviet dengan komunisme mereka.

 

Apakah berarti Kanan lebih baik?

Tidak, orang-orang kanan jauh biasanya mendukung Nasionalisme yang berlebihan. Nasionalisme yang berlebihan akan memunculkan Ultra nasionalisme dan salah satu contoh negara yang dilabeli ”kanan” adalah Nazi Jerman. Ultra Nasionalisme akan mengakibatkan kebanggaan yang berlebihan yang mengakibatkan ke ekslusifan dan perasaan superior terhadap bangsa atau ras lainnya.

Kalau untuk pendukung sayap kiri dan kanan (bukan jauh) mereka biasanya hanya mendukung nilai nilai spektrum yang ‘moderate‘ atau secukupnya. Nilai nilai progresif yang secukupnya atau konservative secukupnya.

Ada satu posisi spektrum lagi dimana sekelompok orang tidak ingin masuk diantara keduanya tapi mendukung dan menerima keseimbangan antara keduanya, posisi itu dinamakan Centrist atau tengah.

 

Jika ditanya Indonesia diposisi mana?

Sedikit membingungkan, karena partai partai diindonesia terkadang memiliki kebijakan social welfare dan progresif ditahun pertama, kedua dan ketiga tapi bisa saja menerapkan kebijakan kanan ditahun selanjutnya atau periode berikutnya. Indonesia tidak/belum menganut sistem sentris ini.

Tapi jika dilihat kearah lapangan yang sekarang Indonesia mungkin lebih menjorok kearah kanan. Sebuah negara yang baik adalah negara yang dapat menyeimbangkan kedua spektrum itu

Pancasila secara teori berada di Sayap Kiri (tepatnya kiri-tengah, Pancasila cenderung kiri-tengah karena mencampur Sosialisme, Demokrasi, Konservatisme, Egalitarianisme, Humanisme, dan Nasionalisme) namun secara praktek, Indonesia malah menggunakan politik Big Tent, Jadi dalam prakteknya tergantung Presiden yang memakai ideologi dari partainya masing-masing.

 

Contohnya :

Ir. Soekarno yang penerapannya cenderung Nasionalis (secara politik) dan Sosialis (dalam ekonomi) (Sayap Kiri campuran)

Pak Soeharto yang Otoritarian, Nasionalis (dalam politik) dan cenderung Liberal-Kapitalis (secara ekonomi) (Kanan)

Dan Gus Dur yang Egalitarian dan Humanis namun Agamais secara politik dan sosial (Tengah hingga Kanan-Tengah)

 

Bacaan :

Kaibah Reyza Andrean -id.qoura.com
Image on directupload.net
Aditya Aji – Hubungan Internasional (pendidikan)

 

Baca juga :

The history behind the formation of provinces in Sumatera

Pengaruh Budaya Belanda Di Indonesia (Dutch Cultural Influences)